Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Hari Terakhir, Kematian PDP Covid-19 di Depok Meningkat Pesat

Kompas.com - 19/06/2020, 15:39 WIB
Vitorio Mantalean,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Kasus kematian pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 di Depok meningkat pesat pada 5 hari terakhir.

Dengan begitu, jumlah kasus kematian PDP yang tak kunjung terkonfirmasi akibat Covid-19 atau bukan kini semakin jauh di atas kematian pasien yang sudah dikonfirmasi positif Covid-19.

Berdasarkan data yang dihimpun Kompas.com berdasarkan laporan harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Depok, pada 14 Juni 2020 total terdapat 33 kematian pasien positif Covid-19 dan 92 kematian PDP.

Artinya, pada 14 Juni 2020, terdapat selisih 59 angka di antara dua kategori itu.
Namun, pada 18 Juni 2020, selisih itu melebar jadi 67 angka.

Baca juga: UPDATE 18 Juni: 9 Kasus Baru Covid-19 di Depok, PDP Wafat Bertambah Lagi

 

Jumlah kematian PDP nyaris 3 kali lipat kematian pasien positif Covid-19, dengan 100 kematian berbanding 34 kematian.

Itu berarti, dalam kurun 5 hari, ada 8 PDP di Depok yang meninggal dunia tanpa status yang jelas; lebih dari 1 PDP meninggal setiap hari sejak 14 April 2020.

Semakin lebarnya selisih kematian PDP dengan kematian pasien positif Covid-19 di Depok dapat Anda saksikan pada grafik di bawah.

Pada hari pertama PSBB, 15 April 2020 di Depok, selisih antara dua kategori itu hanya 24 angka, dengan 15 kematian pasien positif Covid-19 berbanding 39 kematian PDP.

Berdasarkan protokol WHO, kematian berkaitan dengan Covid-19 turut menghitung jumlah kematian PDP. Ketentuan ini dirumuskan karena sejumlah negara/kota tak memiliki kapasitas pemeriksaan Covid-19 yang memadai.

Dikhawatirkan, gara-gara rendahnya kemampuan tes, maka kasus kematian akibat Covid-19 terkesan sedikit padahal ada banyak kematian yang tak terdiagnosis, dengan gejala serupa Covid-19.

Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, Novarita.

"Mereka dicurigai tapi belum diperiksa. Ketika meninggal dijadikan sebagai status suspect, karena khawatir kalau dia memang benar-benar positif kan dia menularkan," kata Novarita kepada Kompas.com, Jumat (19/6/2020).

Baca juga: [UPDATE] Grafik Covid-19 17 Juni di Depok: 3 Kasus Baru, Kematian PDP Melonjak

Jika mengacu pada protokol WHO, maka jumlah kematian berkaitan dengan Covid-19 di Depok mencapai 134 korban jiwa.

Status suspect yang diberikan kepada para PDP yang wafat merupakan akibat dari belum dilakukannya pemeriksaan swab dan PCR terhadap mereka hingga waktu mereka wafat.

Akan tetapi, Novarita membantah dugaan jika gemuknya jumlah kematian PDP di Depok disebabkan karena lambat dan sedikitnya tes swab PCR.

Beberapa dari kematian PDP di Depok, lanjutnya, ditengarai terjadi ketika gejala pasien muncul secara mendadak dan kesehatannya memburuk dalam tempo singkat.

"Dia belum tentu Covid-19 tapi memang mengarah ke sana. Dia belum diperiksa rapid atau swab-nya. Idealnya sih memang langsung dicek swab-nya supaya jelas," ujar dia.

"Pasien positif kan lebih sedikit dari PDP. Kalau klinisinya menunjukkan ke arah Covid-19 meskipun dia belum diperiksa, dia berstatus suspect. Makanya jadi lebih banyak," ungkap Novarita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Pecat Ketua RW di Kalideres, Lurah Sebut karena Suka Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com