Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peringatan bagi Pemerintah jika PPKM Jabodetabek Dilonggarkan: Kasus Covid-19 Bisa Naik, Turunnya Susah Lagi

Kompas.com - 23/08/2021, 13:21 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kelanjutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 di Jabodetabek akan ditentukan pada Senin (23/8/2021).

Kasus Covid-19 sudah menurun cukup jauh dari puncak gelombang kedua. Sinyal-sinyal pelonggaran PPKM ditunjukkan oleh sejumlah kepala daerah di Jabodetabek.

Wali Kota Depok Mohammad Idris, misalnya, sudah melakukan inspeksi persiapan aktivitas makan di tempat bagi restoran-restoran dalam ruang.

Hasil asesmen Kementerian Kesehatan selama beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa Kota Depok bisa menuju PPKM Level 3.

Baca juga: Warga Jakarta Ingin Dapat Vaksin Pfizer? Simak Lokasi dan Syaratnya

Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria juga mengungkapkan bahwa Ibu Kota sudah masuk kategori wilayah "zona hijau" dan mencapai herd immunity.

Di samping itu, pemerintah pusat juga telah melakukan modifikasi selama perpanjangan PPKM Level 4 di Jabodetabek dalam beberapa pekan terakhir, semisal pembukaan mal secara bertahap dan restoran dengan pembatasan durasi makan.

Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono menyoroti bahwa tren kasus Covid-19 di Jabodetabek sejak modifikasi-modifikasi itu tak lagi menurun.

Menurut dia, ini peringatan bahwa pelonggaran PPKM di Jabodetabek belum layak dilakukan saat ini.

"Saat ini (tren penularan Covid-19) stall. Artinya, tidak meningkat, tidak menurun. Ini artinya warning (peringatan)," ujar Pandu ketika dihubungi Kompas.com.

"Kalau tidak bisa meningkatkan (perilaku) pakai masker, tidak usah dilonggarkan. Nanti (kasus Covid-19) naik lagi dan nanti turunnya susah lagi," tambahnya.

Baca juga: Depok Menuju PPKM Level 3, Wali Kota: Tenaga Kesehatan Bisa Istirahat

Sepekan terakhir, penularan Covid-19 di DKI Jakarta, sebagai contoh, memang cenderung stagnan. Jumlah kasus aktif bertahan di kisaran 8.500-9.500 pasien setiap harinya.

Dari segi positivity rate mingguan, angkanya juga cenderung stagnan di 6,7-7,7 persen selama sepekan terakhir.

Di sisi lain, WHO merekomendasikan batas aman positivity rate sebesar 5 persen, alias hanya 5 dari 100 orang yang dites PCR positif Covid-19

Pelonggaran PPKM di Jabodetabek, menurut Pandu, bakal langsung membuat angka-angka yang saat ini stagnan jadi meningkat.

"Sudah pasti, sudah pasti. Tidak usah dalam waktu dekat. Begitu ada kenaikan mobilitas penduduk, kan penularan lebih mudah. Itu pasti kok," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com