JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar menilai pencopotan para periset Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman kontraproduktif dengan keinginan pemerintah untuk melakukan penguatan di bidang riset.
Atas hal itu, dia meminta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merangkul kembali semua peneliti Eijkman.
"Kita membutuhkan banyak sekali peneliti untuk membangun peradaban yang maju," kata Muhaimin dalam keterangannya, Senin (3/1/2022).
Baca juga: Banyak Peneliti Eijkman yang Diberhentikan, Apa Kabar Kelanjutan Vaksin Merah Putih?
Pria yang akrab disapa Cak Imin itu menyampaikan hal tersebut setelah mengetahui pemberitaan bahwa sebanyak 113 tenaga honorer Eijkman yang mana di antaranya 71 tenaga honorer periset diberhentikan.
Hal itu terjadi sebagai imbas dari adanya integrasi Lembaga Eijkman ke tubuh BRIN per September 2021.
Cak Imin mengingatkan, pembentukan BRIN diharapkan bisa memperkuat ekosistem riset dan inovasi di Tanah Air.
Baca juga: Eks Kepala LBM Eijkman: Kursi yang Ditawarkan Pemerintah untuk Peneliti Honorer Menarik, tetapi...
Ia mengungkapkan, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Inovasi Nasional, BRIN bertugas untuk menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (litbangjirap), serta invensi dan inovasi secara nasional yang terintegrasi.
"Seharusnya, kita malah menambah jumlah peneliti kita, bukan malah mengurangi. Salah satu kunci kemajuan sebuah negara adalah dengan penguatan riset dan teknologi," tegas dia.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini mencontohkan, dalam kasus Covid-19, Indonesia pada masa-masa awal terjadinya pandemi terlihat gagap.
Cak Imin meyakini hal ini salah satunya karena rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
'Gara-gara ilmu pengetahuan belum kita kuasai, kita membuang duit terlalu mudah dan besar sekali yang kita buang untuk penanganan pandemi," ucapnya.
Ia menambahkan, saat itu negara menggelontorkan anggaran besar untuk membeli alat rapid test, yang mana sama sekali tidak efektif sehingga menjadi mubazir.
Lebih lanjut, dalam pengadaan boks disinfektan yang banyak tersedia di depan rumah atau gedung-gedung juga tidak efektif dan bahkan membahayakan.
"Inilah pentingnya penguatan riset dan ilmu pengetahuan," tuturnya.
Oleh karena itu, Cak Imin meminta BRIN mengkaji ulang pencopotan para tenaga periset Eijkman.