Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penerapan One Way di Daan Mogot Timbulkan Kemacetan, Pengamat Minta Pemkot Tangerang Evaluasi

Kompas.com - 23/02/2022, 14:48 WIB
Muhammad Naufal,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Sistem jalur satu arah (one way) yang diujicobakan di Jalan Daan Mogot, Kota Tangerang, mulai 20 Februari 2022 lalu justru menyebabkan kemacetan di jalur lain di sekitarnya.

Kemacetan muncul di beberapa ruas jalan, seperti di Jalan Bouraq dan Jalan Benteng Betawi pada Senin (21/2/2022) dan Selasa (22/2/2022).

Padahal, kebijakan one way diterapkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang untuk mengurai kemacetan yang kerap terjadi di Jalan Daan Mogot.

Pengamat kebijakan transportasi Azas Tigor Nainggolan berpendapat, Pemkot Tangerang wajib mengevaluasi penerapan sistem one way tersebut.

"Kalau saya lihat, sebetulnya kan itu rekayasa lalu lintas (di Jalan Daan Mogot) untuk mengurai kepadatan, coba dievaluasi dulu. Kenapa kok malah menimbulkan kemacetan di dua jalan yang lain," paparnya kepada Kompas.com, Rabu (23/2/2022).

Baca juga: Hindari Kemacetan Imbas One Way di Daan Mogot, Pengendara Malah Terjebak Macet 1 Jam di Jalan Lain

Menurut Tigor, kemacetan di jalan lain bisa disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah minimnya sosialisasi kepada warga berkait penerapan one way.

Dengan demikian, masih banyak warga yang mengira bahwa Jalan Daan Mogot masih menerapkan sistem dua arah.

Penyebab lain, kata dia, bisa jadi karena Pemkot Tangerang belum menyiapkan jalan alternatif secara matang.

"Kalau memang kurang sosialisasi, berarti tinggal sosialisasinya diperbaiki," sebut Tigor.

"Atau jalan alternatifnya belum siap. Jalan alternatifnya ya disiapkan," sambungnya.

Baca juga: One Way Jalan Daan Mogot Bikin Macet di Titik Lain, Rekayasa Lalu Lintas Kemungkinan Diubah

Lebih lanjut Tigor mengatakan, Pemkot Tangerang sebetulnya bisa menerapkan sistem lain selain one way untuk mengurai kemacetan di Jalan Daan Mogot.

Pemkot Tangerang bisa menjajal penerapan sistem ganjil genap untuk kendaraan pribadi.

Sementara itu, jika kendaraan yang kerap melewati jalan tersebut adalah kendaraan berat seperti truk, Pemkot Tangerang harus membuat peraturan berkait operasional kendaraan berat.

"Jadi menurut saya juga adalah batasan pengguna jalannya harus ditegakkan. Maksud saya jangan tergopoh-gopoh bikin one way gitu ya. Dilihat betul, dipetakan betul persoalannya," papar Tigor.

Dengan demikian, tegas dia, Pemkot Tangerang harus bisa menyesuaikan peraturan yang ada tergantung dari kondisi di lapangan.

Baca juga: Kemacetan Imbas One Way di Jalan Daan Mogot Diklaim Tidak Begitu Parah

"Jadi, wah ini ada kepadatan karena ada pelanggaran kendaraan berat, oke berarti penegakan aturan. Tinggi nih kendaraan pribadinya, oke, kita bikin ganjil genap," sebut Tigor.

Diberitakan sebelumnya, kemacetan panjang terjadi di Jalan Bouraq pada Senin pekan ini. 

Sementara itu, kemacetan di Jalan Benteng Betawi terjadi pada Selasa kemarin. Di sana, menurut pengendara, kemacetan terjadi selama satu jam.

Para pengendara pun mengeluh atas adanya sistem one way di Jalan Daan Mogot.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com