Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tarif Integrasi Transjakarta, MRT dan LRT Dinilai Murah, tapi Belum Bisa Kalahkan Dominasi Sepeda Motor

Kompas.com - 16/08/2022, 16:40 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga menyambut baik langkah pemerintah provinsi DKI Jakarta yang sudah meresmikan tarif integrasi angkutan umum

Dengan tarif integrasi, maka warga bisa menaiki dua atau tiga angkutan umum sekaligus meluputi Transjakarta, MRT, dan LRT, dengan sekali bayar. 

Harganya pun relatif murah, yakni maksimal Rp 10.000 untuk perjalanan yang durasinya tidak lebih dari tiga jam. 

"Ini awal yang bagus untuk mendorong warga beralih ke transportasi publik," kata Nirwono kepada Kompas.com, Selasa (16/8/2022). 

Baca juga: Tarif Integrasi Berlaku, Cukup Bayar Sekali Saat Naik Transjakarta, MRT, dan LRT

Meski demikian, Nirwono menilai tarif integrasi itu belum terlalu murah jika dibandingkan dengan ongkos yang harus dikeluarkam warga jika menggunakan sepeda motor. 

"Dengan Rp 10.000 untuk isi bensin, pengendara motor bisa keliling kota, mobilitas lebih tinggi, dan lebih irit dan hemat, efektif dan efisien dari pintu ke pintu. Ini tantangan terberatnya," kata Nirwono. 

Ia pun memprediksi tarif integrasi ini hanya akan dinikmati oleh warga yang selama ini memang sudah menggunakan angkutan umum untuk aktivitas sehari-hari. 

Sementara warga yang sudah biasa menggunakan kendaraan pribadi, tak akan begitu saja berpindah ke transportasi umum akibat adanya tarif integrasi. 

"Idealnya memang mendorong warga beralih ke transportasi umum, tapi belum semua transportasi publik kita aman dan nyaman, baru MRT saja yang paling layak, sementara tata kota kita tidak terintegrasi dengan sistem jaringan transportasi umum," katanya. 

Baca juga: Cara Pakai Tarif Integrasi Angkutan Umum Jakarta di JakLingko...

Ia menyinggung pembangunan jalan tol di lingkar Jabodetabek yang makin masif dan mendekat ke permukiman.

Sebaliknya pengembang perumahan juga cendrung membangun permukiman baru yang dekat dengan tol.

"Akhirnya semua lebih memilih naik kendaraan pribadi meski terjebak kemacetan yang parah," katanya. 

Oleh karena itu, ia menilai, untuk membuat warga beralih ke transportasi umum, tak hanya sekedar dibutuhkan transportasi yang murah.

Baca juga: Tarif Integrasi Berlaku, Masih Banyak Kendala Dirasakan Penumpang

 

Pemerintah DKI Jakarta dan wilayah penyangga serta pemerintah pusat perlu berkomitmen menciptakan tata kota yang juga berorientasi pada transportasi umum. 

"Tata kota Jakarta dan sekitar harus ditata ulang, fokus pada pengembangan kawasan terpadu, hunian vertikal rusun/apartemen terjangkau di sekitar titik-titik simpul transportasi publik, dimana penghuni cukup berjalan kaki 5-10 menit ke stasiun atau halte terdekat," katanya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

KPU DKI Pastikan Keamanan Data 618.000 KTP yang Dikumpulkan untuk Syarat Dukung Cagub Independen

Megapolitan
Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Ketua RW: Aktivitas Ibadah yang Dilakukan Mahasiswa di Tangsel Sudah Dikeluhkan Warga

Megapolitan
Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya 'Nyentong' Nasi Sendiri

Pemilik Warteg Kesal, Pria yang Bayar Makanan Sesukanya "Nyentong" Nasi Sendiri

Megapolitan
Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Hampir Dua Pekan, Preman yang Hancurkan Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Warga Bogor yang Rumahnya Ambruk akibat Longsor Bakal Disewakan Tempat Tinggal Sementara

Megapolitan
Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Jelang Kedatangan Jemaah, Asrama Haji Embarkasi Jakarta Mulai Berbenah

Megapolitan
KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

KPU DKI Terima 2 Bacagub Independen yang Konsultasi Jelang Pilkada 2024

Megapolitan
Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Kecamatan Grogol Petamburan Tambah Personel PPSU di Sekitar RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Alasan Pria Ini Bayar Sesukanya di Warteg, Ingin Makan Enak tapi Uang Pas-pasan

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Bakal Maju di Pilkada DKI Jalur Independen, Tim Pemenangan Noer Fajrieansyah Konsultasi ke KPU

Megapolitan
Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Lindungi Mahasiswa yang Dikeroyok Saat Beribadah, Warga Tangsel Luka karena Senjata Tajam

Megapolitan
Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com