JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak ada seorang pun yang ingin terdampak saat hujan deras dan banjir melanda.
Namun, saat hujan deras intens mengguyur suatu wilayah dan memicu banjir di wilayah tersebut, potensi dampak kerusakan bangunan kerap kali terjadi.
Dalam kurun waktu sepekan terakhir, setidaknya ada tiga bangunan rusak bahkan roboh di wilayah Jabodetabek karena tidak kuat menahan terjangan banjir.
Ketiga peristiwa itu terjadi di MTsN 19 Jakarta, Sekolah Al-Fath Cirendeu Tangerang Selatan, dan tempat pemancingan di Kramatjati, Jakarta Timur.
Baca juga: Ahli Ungkap 2 Faktor yang Bisa Bikin Bangunan Roboh Diterjang Banjir
Peristiwa tembok roboh di MTsN 19 Jakarta bahkan menewaskan tiga siswa di sekolah itu.
Sementara itu, tembok roboh di Sekolah Al-Fath Cirendeu menimpa lima mobil yang terparkir di bawah tembok.
Lalu, saat pemancingan di Kramatjati roboh akibat diterjang banjir luapan Kali Ciliwung, satu ton ikan lele di dalam kolam tersebut terbawa arus.
Berkaca dari beberapa kejadian tersebut, bagaimana cara agar bangunan tahan diterjang hujan deras dan banjir?
Arsitek dari SAIA Architecture Ariko Andikabina menyebutkan, hal mendasar yang paling penting untuk menghindari peristiwa serupa terjadi adalah penguatan fondasi.
Baca juga: Banyak Tembok Roboh saat Banjir, Ini Kata Ahli soal Dugaan Penyebabnya
Disampaikan Ariko, salah satu yang paling penting untuk membuat bangunan kuat diterjang hujan deras dan banjir adalah fondasi yang sesuai dengan daya dukung tanah.
Hal ini menjadi penting karena fondasi merupakan bagian paling dasar suatu bangunan agar tetap kuat dan kokoh.
Besarnya fondasi, kedalaman fondasi, hingga jenis fondasi harus disesuaikan saat mulai membangun sebuah bangunan.
Tiga hal utama dalam membangun fondasi itu juga harus disesuaikan dengan topografi tanah di tempat yang akan dibangun.
“Jenis tanah kan macam-macam dan daya dukung tanah di setiap tempat bisa sangat berbeda,” ujar Ariko kepada Kompas.com, Rabu (12/10/2022).
Baca juga: Tembok Pemancingan di Kramat Jati Roboh akibat Luapan Kali Ciliwung
Ariko menegaskan, kedalaman fondasi juga harus sampai ke bagian tanah yang keras, jangan sampai membangun fondasi tapi belum menyentuh tanah keras.
“Kalau enggak menyentuh tanah keras, lalu tanah di bawah fondasi tergerus, dinding atau bangunannya bisa geser atau bahkan roboh,” jelas dia.
Fondasi yang dibuat sesuai standar dan daya dukung tanah ini menjadi faktor penting untuk membuat fondasi tidak bergerak meski diterjang hujan deras dan banjir.
Jika fondasi tak dibuat sesuai standar, ketika ada banjir atau gangguan air, tanah di bawah fondasi tergerus sehingga mengakibatkan dinding di atasnya roboh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.