JAKARTA, KOMPAS.com - Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebutkan, pasien gagal ginjal yang dirawat di rumah sakit di Jakarta tidak semuanya berasal dari Ibu Kota.
"Memang pasiennya itu berada di DKI, tetapi dari domisili di berbagai daerah sekitar Jakarta. Ada dari Bekasi dan lain-lain," kata Heru di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Senin (24/10/2022) pagi.
Heru memerintahkan seluruh rumah sakit daerah dan puskesmas untuk siap menangani pasien gagal ginjal akut.
"Tentunya kami tetap menangani. Mudah-mudahan tidak bertambah (kasusnya)," kata Heru.
Baca juga: Ada 86 Kasus Gagal Ginjal Akut di Jakarta, Ini Berbagai Gejala yang Dikeluhkan Pasien
Terbaru, ada 86 kasus yang sudah dilaporkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta sejak Januari 2022 sampai 22 Oktober 2022.
Dari puluhan kasus itu, ada sejumlah gejala yang banyak dikeluhkan pasien.
Menurut Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta Ngabila Salama, gejala awalnya mulai dari demam hingga intensitas buang air kecil berkurang.
"Waktu antara ada gejala pertama kali sampai tidak ada kencing sama sekali sekitar 5-9 hari," sebut Ngabila dalam webinar, Sabtu (22/10/2022).
"Dari gejala sampai dengan rawat inap rata-ratanya juga sekitar 5-9 hari," tambah dia.
Baca juga: UPDATE: 86 Anak di Jakarta Alami Gagal Ginjal Akut, 47 di Antaranya Meninggal Dunia
Adapun gejala gagal ginjal akut misterius yang paling banyak dikeluhkan yakni demam, lemas, gangguan saluran pencernaan, muntah akut, penurunan kesadaran.
Kemudian, gejala lainnya yakni mual, kehilangan nafsu makan, gangguan saluran napas, diare akut, nyeri bagian perut, urine seperti teh, bengkak, dan myalgia (nyeri otot).
Ngabila meminta para orangtua mengawasi kondisi anak apabila dalam 10 hari terakhir mengonsumsi obat sirop.
Sebab, obat jenis ini diduga menjadi pemicu penyakit yang masih belum diketahui penyebabnya itu.
"Artinya ketika anak kita ada yang sudah meminum sirop obat, perlu kita melakukan pemantauan sampai 10 hari sesudah terakhir kali minum sirop obat tersebut," ungkap Ngabila.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.