JAKARTA, KOMPAS.com - Pelecehan seksual belakangan marak terjadi di bus transjakarta.
Sekitar dua minggu lalu, media sosial dihebohkan dengan video seorang penumpang bus transjakarta yang kedapatan meraba paha penumpang lainnya.
Tak berhenti sampai di situ, Kamis (3/11/2022) kemarin, seorang pengguna Twitter berjenis kelamin pria mengaku menjadi korban pelecehan.
Alat kelaminnya dicolek oleh penumpang pria lain. Keributan pun terjadi antara kedua penumpang tersebut, tetapi pelaku akhirnya tetap melenggang bebas.
Menurut Transjakarta, korban tidak mau memperkarakan hal tersebut ke polisi sehingga Transjakarta pun tidak berbuat apa-apa.
Tidak adanya aturan yang menimbulkan efek jera terhadap pelaku pelecehan seksual membuat kejahatan tersebut terus berulang dan mengancam keamanan dan kenyamanan penumpang.
Baca juga: Pelecehan Seksual Berulang di Bus Transjakarta, Korban dari Wanita hingga Pria
Komitmen Transjakarta dan Pemerintah DKI Jakarta pun dipertanyakan terkait penanganan dan pencegahan kasus kekerasan seksual di bus transjakarta ini.
Dilansir dari website Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) Provinsi DKI Jakarta, Dinas Perhubungan DKI dan PT Transjakarta membuka Pos Sahabat Anak dan Perempuan (SAPA) di 23 Halte Transjakarta.
Penumpang yang mengalami pelecehan seksual atau pun yang menyaksikan pelecehan itu bisa melaporkan kejadian tersebut kepada petugas yang ada di Pos SAPA.
Namun, tidak disebutkan halte mana saja yang memiliki Pos SAPA.
Di sisi lain, Dinas PPAPP mengaku sudah menggelar kegiatan Penguatan Petugas Pos SAPA untuk 50 Petugas Layanan Operasi (PLO) Transjakarta.
Materi yang diberikan adalah mekanisme penanganan kekerasan di moda transportasi dan fenomena kekerasan seksual di ruang publik.
Selain itu juga dilakukan simulasi (role play) penanganan korban kekerasan perempuan dan anak.
Baca juga: Ramai soal Pelecehan Penumpang Pria di TransJakarta, Ini Kronologinya
Kepala Dinas PPAPP DKI Jakarta, Tuty Kusumawati mengatakan, Transjakarta pernah mencatat rekor satu juta penumpang per hari pada 2020 atau sebelum pandemi COVID-19.
Tak jauh berbeda, jumlah penumpang KRL juga mencapai 336 juta penumpang selama 2019. Apabila dibagi per hari, angkanya nyaris satu juta penumpang.
Tingginya angka penumpang tersebut cenderung berbanding lurus dengan tingginya tindak kekerasan.
"Temuan Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) menyebut 35,8 persen responden mengalami kekerasan seksual dalam bus dan 18,1 persen responden dalam KRL,” ungkap Tuty di Kantor Dinas PPAPP DKI Jakarta, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Rabu (24/8).
Tuty menjelaskan, Transjakarta telah melengkapi setiap bus dengan CCTV dan panduan pengaduan saat terjadi kekerasan seksual di dalam bus, misalnya dengan menghubungi nomor kontak terintegrasi Jakarta Siaga 112 dan Hotline UPT P2TP2A DKI Jakarta 081317617622.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.