Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polemik SDN Pondok Cina 1 Bakal Alihfungsi untuk Masjid Agung, Wali Kota Idris Klaim Sudah "Clear"

Kompas.com - 22/11/2022, 21:40 WIB
M Chaerul Halim,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Depok angkat bicara atas pernyataan Ridwan Kamil yang mengusulkan rencana pembangunan masjid agung di lahan SDN Pondok Cina 1 dibatalkan.

Menurut Idris, polemik lahan SDN Pondok Cina 1, yang akan dialihfungsikan untuk pembangunan masjid agung sudah clear.

Sebab, rencana pembangunan masjid itu telah mencapai penandatanganan anggaran oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Baca juga: DPRD Depok Tagih Jawaban Pemkot soal Rekomendasi Polemik Relokasi SDN Pondok Cina 1

"Secara normatif dalam birokrasi jika clear pasti dibatalkan, tapi ini kan sudah clear. Bahkan sudah penandatanganan anggaran," kata Wali Kota Depok Mohammad Idris di Gedung DPRD Depok Selasa (22/11/2022).

Idris mengatakan, pendatanganan dilakukan sesuai kajian-kajian yang dilakukan Pemkot Depok, terutama terkait adanya detail engineering desain (DED).

"Ketika ada anggaran, DED dan akan dilelang berarti kan ada intervensi anggaran, enggak mungkin ada DED tapi enggak ada kajiannya," ujar Idris.

Sebelumnya diberitakan bahwa Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta rencana pembangunan masjid agung di lahan SDN Pondok Cina 1 di Jalan Margonda Depok dibatalkan.

Baca juga: Janji Manis Wali Kota Idris Bangun Gedung Baru SDN Pondok Cina 1 padahal Anggaran Belum Dibahas...

Jika Pemkot Depok tetap ingin membangun masjid agung, maka ia mengusulkan lokasinya dipindah ke tempat lain.

Sebab, pengalihfungsian lahan sekolah menjadi masjid agung itu ditentang orangtua siswa.

Orangtua berkeberatan karena anaknya tidak disiapkan gedung sekolah pengganti, melainkan dilebur ke dua sekolah lain.

Ridwan Kamil menegaskan, proses penyediaan lahan harus dimusyawarahkan sampai semua pihak menerima tanpa ada yang dirugikan.

Baca juga: Ketika Pemkot Depok Ngotot Relokasi SD Pondok Cina 1 meski Ridwan Kamil Minta Prioritaskan Siswa...

"Jika tidak, maka niat membangun masjid bisa pindah lokasi atau bisa juga tidak jadi dibangun atau dibatalkan," kata Emil dikutip dari akun Instagram pribadinya, Kamis (17/11/2022).

Emil menyebutkan bahwa sejauh ini Pemkot Depok selalu melaporkan progres pembebasan lahan SDN Pondok Cina 1 untuk pembangunan masjid telah aman terkendali.

"Selama ini pihak Pemprov dilaporin pihak Pemkot Depok bahwa lahan sudah aman terkendali dan sudah akan ada rencana relokasi untuk Sekolah Dasar tersebut," kata Emil.

Namun pada kenyataannya, orangtua menolak relokasi ke sekolah lain karena khawatir jadwal sekolah akan berubah dan berdampak pada psikologis anak mereka.

Emil juga mengaku pernah bertanya ke Pemkot Depok mengapa sekolah itu dipilih menjadi tempat berdirinya masjid agung.

Namun, Pemkot memberikan alasan bahwa lokasi tersebut sudah tak memungkinkan untuk dijadikan tempat kegiatan belajar mengajar.

"Dijawab oleh tim Pemkot Depok, bahwa situasi lalu lintas sudah sangat padat dan rawan kecelakaan bagi anak-anak SD bersekolah disana," tulis Emil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Kuota Haji Kota Tangsel Capai 1.242 Jemaah, Pemberangkatan Dibagi 2 Gelombang

Megapolitan
Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Paniknya Mahasiswa di Tangsel, Kontrakan Digeruduk Warga saat Sedang Beribadah

Megapolitan
Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Jasad Balita Tersangkut di Selokan Matraman, Orangtua Sempat Lapor Kehilangan

Megapolitan
Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Jasad Balita di Matraman Ditemukan Warga Saat Bersihkan Selokan, Ternyata Sudah 3 Hari Hilang

Megapolitan
Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Polisi Ungkap Penyebab Mahasiswa di Tangsel Bertikai dengan Warga Saat Beribadah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com