Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Bersih WTP Waduk Pluit Bisa Dikonsumsi, tapi Harus Dimasak Dahulu

Kompas.com - 02/03/2023, 18:58 WIB
Baharudin Al Farisi,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengelola Water Treatment Plant (WTP) atau Instalasi Pengelolaan Air Waduk Pluit memastikan bahwa air bersih yang mereka produksi bisa dikonsumsi.

Namun, air tersebut harus dimasak terlebih dahulu.

Marketing Manager WTP Waduk Pluit, Saiful Arif memastikan, dalam mengelola air, WTP Waduk Pluit menerapkan standarisasi dari Kementerian Kesehatan.

"Air produksi WTP Waduk Pluit standardisasi air bersih dan bisa dikonsumsi dengan syarat dimasak," tegas Arif kepada Kompas.com, Kamis (2/3/2023).

Baca juga: Kuasa Hukum Teddy Minahasa Tantang Linda Pujiastuti Tunjukkan Bukti Pernikahan Siri

Stardardisasi itu sudah tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan. Ia mengatakan, ada dua standar dalam Peraturan Menkes, yakni untuk air minum dan air bersih.

"Air bersih itu, TDS (Total Dissolved Solids)-nya 1.000, kalau air minum TDS-nya 500," kata Arif menjelaskan.

Sumber air yang mereka kelola berasal dari Waduk Pluit dengan kondisi air yang cukup jauh dari dasar waduk.

"Iya, memang dari Waduk Pluit, tapi pompa intek kita, 1,4 kilometer dari sini, dekat Waduk Jokowi. Nah, itu untuk ambil airnya. Karena memang di situ ketinggian level airnya lumayan agak tinggi," ungkap Arif.

Sejauh ini, Arif mengatakan suplai, WTP Waduk Pluit hanya menyuplai ke wilayah yang masuk entitas PT Jakarta Propertindo (Jakpro).

Baca juga: 3 Mesin Rusak, Rumah Pompa Waduk Pluit Kewalahan Saat Dapat Air Kiriman Bareng Hujan Lebat

"Kita hanya suplai kebutuhan, terutama industri, kapal-kapal yang di Sunda Kelapa atau di Tanjung Priok atau Muara Baru, Muara Angke," ucap Arif.

"Karena memang di sini kita fungsinya, kita produksi air bersih untuk entitas Jakpro, sebagai back up dari PDAM apabila terjadi permasalahan suplai ke masyarakat yang kurang sesuai," imbuh dia.

Selain pelabuhan, Arif berujar, WTP Waduk Pluit juga menyuplai ke sekolah, tempat ibadah, hingga apartemen wilayah sekitar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com