JAKARTA, KOMPAS.com - Danuji (52) telah merasakan suka duka selama 33 tahun bekerja sebagai kuli jasa angkut atau porter di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Pada tahun pertama Danuji bergabung yakni pada 1990, pengalaman pahit pernah dia rasakan kala uangnya hilang dicopet orang.
Kepada Kompas.com, Danuji bercerita, saat itu ada empat orang yang secara tiba-tiba mendekatinya dan mengatakan jangan ikut campur urusannya.
Saat itu Danuji hanya bisa pasrah, dirinya masih muda dan belum memiliki pengalaman serta keberanian untuk melawan.
"Saya jawab 'ya, enggak apa-apa', ternyata saya dicopet, tahun 1990. Mereka rombongan preman-preman, waduh itu dulu mah kereta berjubel (ramai) banget," ujar Danuji saat wawancara dengan Kompas.com, di Stasiun Pasar Senen, Senin (13/3/2023).
Baca juga: Kisah Danuji Porter Stasiun Pasar Senen, Tetap Bersyukur Meski Cuma Dapat Rp 15.000
Bukan hanya Danuji, penumpang kereta api juga merasakan hal yang sama.
"Dulu saya sama copet itu berantem terus, ya kadang penumpang saya juga dicopet. Apalagi di depan loket, banyak yang menipu," kata Danuji.
Pria asal Brebes, Jawa Tengah, tersebut berbagi cerita saat ditipu oleh orang yang ingin memakai jasanya.
"Di sini dulu kan loket, di depan sini, setiap hari itu tipu terus, jadi ada lima orang atau enam orang gitu mau diantar," ceritanya.
"Tiba-tiba mereka pergi, nitip tas. Tapi ternyata dibuka tasnya itu isinya koran," sambung Danuji.
Sampai pada akhirnya keadaan mulai berubah pada 2000. Tahun itu, semua mulai teratur, preman dan pengemis sudah diberantas.
Baca juga: Perjuangan Danuji, 33 Tahun Jadi Porter Stasiun Pasar Senen untuk Hidupi Anak Istri di Kampung
"Itu semua gembel-gembel (pengemis) itu sudah diberantas. Kalau dulu kan di dalam stasiun itu bebas orang mau ngapain saja, pada tiduran," kata Danuji.
Sebagai porter, Danuji bersyukur keadaan stasiun setiap tahunnya selalu ada kemajuan yang berdampak baik baginya.
"Ibaratnya kan kita nyumbang tenaga dan pikiran, itu bersyukur bahwa stasiun sudah semakin bersih. Pengalaman awal masuk porter seperti itu, sering kecopetan," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.