JAKARTA, KOMPAS.com - Ahli gizi Posyandu Cempaka Putih Barat Jakarta Pusat Ainil Hamidah merasa harus berhati-hati setiap menyampaikan informasi terkait anak terindikasi stunting kepada orangtua bersangkutan.
Kehati-hatian menjadi hal yang harus diperhatikan karena penyampaian masalah ini rentan menimbulkan salah paham dan membuat pihak orangtua merasa terpojokkan.
“Hati-hati banget, soalnya sensitif. Kami harus pikirkan gimana (penyampaiannya supaya) ibunya itu ngerti, tapi enggak merasa terpojokkan,” kata Ainil saat diwawancarai Kompas.com di Posyandu RW 006 Cempaka Putih Barat, Senin (3/4/2023).
Wanita yang akrab disapa Aida itu menceritakan, pernah ada kasus ketika ahli gizi telah menyampaikan informasi terkait anak stunting dengan sebagaimana mestinya.
Namun, orangtua sang anak salah menangkap maksud dari sang ahli gizi.
Baca juga: Putrinya Dikategorikan Stunting, Mimi: Anak Saya Aktif, Enggak Kenapa-kenapa...
“Terus, akibat itu beberapa bulan orangtuanya enggak datang ke posyandu untuk penimbangan,” ujar Aida.
Menurut Aida, orangtua tersebut menjadi merasa kecil hati karena anaknya memiliki tinggi dan berat badan tidak semestinya.
“Merasa hanya anaknya yang pendek. Insecure, gitu,” jelas dia.
Peristiwa tersebut, kata Aida, terjadi sebelum pandemi Covid-19. Lantaran posyandu dan layanan polianak jarang buka, hubungan dengan orangtua bersangkutan pun sempat terputus.
“Saat akhirnya sang ibu datang ke puskesmas, kita kontak-kontakan dan dia cerita. Memang katanya merasa terpojokkan,” tutur dia.
Baca juga: Curhat Ibu dengan Balita Stunting, Tidak Mau Ambil Pusing supaya Tidak Parno
“Setelah beberapa bulan dipantau, ternyata kemajuan anaknya baik. Ya sudah, kita lepas,” tambah dia.
Terkait kasus-kasus seperti itu, kata Aida, terkadang ada kader posyandu yang tidak memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan orangtua anak terindikasi stunting saat pemantauan.
“Kader kan beda-beda. Mungkin karena itu di wilayah dia dan ada laporan anak stunting diminta pantau, mereka merasa, ‘Oh kasus baru, ini-itu kurang’. Jadi (seolah) terlalu menghebohkan dan ibunya merasa terpojokkan,” papar Aida.
“Bisa jadi, kader posyandunya pun penyampaiannya kurang oke (terhadap orang tua),” lanjut dia.
Ahli gizi bukan mendiagnosis