Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat BPKP Klaim KRL Memadai, Penumpang: Kami Layaknya Ikan Pepes di Jam Sibuk

Kompas.com - 08/04/2023, 11:41 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam beberapa hari terakhir, sempat muncul wacana PT Kereta Commuterline Indonesia (KCI) akan mengimpor gerbong kereta rel listrik (KRL) bekas dari Jepang.

Wacana impor muncul karena 10 rangkaian KRL pada tahun ini dan setidaknya 16 rangkaian tahun depan tidak layak lagi dioperasikan sehingga harus dipensiunkan.

Kendati demikian, hasil kajian Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tidak merekomendasikan rencana pemerintah mengimpor KRL bekas dari Jepang

Dikutip dari Kontan, kajian tersebut menghasilkan sejumlah rekomendasi, salah satunya menyatakan bahwa jumlah KRL yang beroperasi saat ini 1.144 unit mencukupi.

Baca juga: Protes KRL Disebut Masih Memadai, Penumpang: Penuh Terus, Apalagi Transit di Manggarai...

Jumlah tersebut tidak termasuk 48 unit gerbong KRL yang diberhentikan dari operasi dan 38 unit gerbong KRL yang dikonservasi untuk sementara waktu.

"Kami layaknya ikan pepes"

Berbanding terbalik dengan hasil kajian BPKP, pengguna KRL bernama Vino Velrahga (23) mengatakan, gerbong-gerbong KRL dewasa ini sudah tidak mencukupi untuk mengangkut ribuan penumpang.

"Menurut saya, kami sebagai penumpang KRL itu layaknya ikan pepes kalau naik di jam-jam sibuk. Jadi, perlulah menambah rangkaian gerbong," ujar Vino kepada Kompas.com, Jumat (7/4/2023).

Vino mengaku selalu merasakan hal tersebut setiap harinya saat menaiki KRL di jam berangkat ataupun pulang kerja.

Baca juga: Respons Kementerian BUMN Usai BPKP Tak Rekomendasikan Impor KRL Bekas

Dia pun merasa janggal dengan hasil review Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang menyebut jumlah armada KRL milik PT KCI masih memadai.

Oleh karena itu, ia menilai para pejabat di BPKP seharusnya menjadi pengguna KRL lebih dulu sebelum membuat pernyataan di hadapan publik.

"Mungkin mereka (pejabat BPKP) bukan pengguna KRL secara daily, jadi tidak benar-benar bisa merasakan secara langsung kesulitan kami para penumpang kereta. Jadi, mending coba dulu seminggu, Pak, Bu," beber dia.

Lebih baik dibanding 2019

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Pertambangan dan Investasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto telah memaparkan hasil penilaian BPKP terkait jumlah armada KRL saat ini.

Baca juga: Tak Direstui BPKP, Bagaimana Nasib Impor KRL Bekas?

Jumlah armada KRL milik PT KCI yang saat ini mencapai 1.114 unit KRL dinilai BPKP masih mencukupi untuk melayani penumpang KRL sebanyak 273,6 juta orang.

Ini terlihat dari tingkat okupansi KRL di 2023 yang masih 62,75 persen. Overload ini memang terjadi ya pada jam-jam sibuk.

"Namun, secara keseluruhan untuk okupansi tahun 2023 itu adalah 62,75 persen, 2024 diperkirakan masih 79 persen, dan 2025 sebanyak 83 persen," ujar Hario.

BPKP juga membandingkan dengan kondisi tahun 2019 ketika KCI memiliki 1.078 unit KRL dan dapat mengangkut 336,3 juta penumpang.

Baca juga: BPKP, Penumpang Menumpuk di Dalam KRL, Stasiun Manggarai Padat, Memadai Apanya?

"Rata-rata jumlah penumpang yang sekarang itu adalah sekitar 800.000 penumpang per hari, dengan pada saat peak hour bisa mencapai di atas 900.000. Nah, ini masih lebih kecil dibandingkan 2019 di mana rata-rata jumlah penumpangnya adalah 1,1 juta," ungkap Hario.

(Penulis: Dzaky Nurcahyo, Ratih Waseso (Kontan) | Editor: Jessi Carina, Herlina Kartika Dewi (Kontan))

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com