Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Keluarga Korban Kecelakaan Pajero di Serpong Tolak Santunan Keluarga Penabrak...

Kompas.com - 18/04/2023, 09:08 WIB
Firda Janati,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Keluarga pengendara motor korban kecelakaan mobil Mitsubishi Pajero dengan tegas menolak santunan keluarga pelaku.

Sebagaimana diketahui, kecelakaan tragis yang merenggut nyawa dua mahasiswi YS (19) dan MG (19) terjadi pada Jumat (7/4/2023) sekitar pukul 00.40 WIB.

YS meninggal di lokasi kejadian, kepalanya terlindas mobil pikap setelah ia terempas dari motor yang ditabrak Pajero dengan sopir berinisial AT (20).

Sementara MG sempat dirawat di RSUD Kabupaten Tangerang sebelum tutup usia pada Minggu (16/4/2023). Dia luka serius pada kepala dan paru-parunya mengalami robekan.

Keluarga korban MG menolak santunan dan meminta AT tanggung jawab.

Keluarga pelaku datangi keluarga MG

Sehari setelah MG meninggal dunia, keluarga pelaku AT mendatangi rumah dan bertemu kedua orangtua MG, Senin (17/4/2023) siang.

Baca juga: Pajero yang Tabrak 2 Mahasiwa di Serpong Rusak Parah, Kuasa Hukum Korban: Tidak Masuk Akal Hanya Tersenggol

Kuasa hukum MG, Satrio mengatakan, keluarga kliennya secara tiba-tiba disodori santunan oleh keluarga AT tanpa diketahui maksud dan tujuannya.

"Tegas ditolak oleh keluarga korban MG," kata Satrio kepada Kompas.com, Senin malam.

Ingin pelaku dihukum setimpal

Ibarat uang tidak akan mengembalikan nyawa, keluarga MG kini hanya meminta pertanggugjawaban AT.

AT yang masih berstatus mahasiswa, belum dijadikan tersangka oleh polisi karena proses penyelidikan masih didalami.

Baca juga: Mahasiswa yang Ditabrak Pajero di Serpong Meninggal, Keluarga Tolak Santunan dari Keluarga Pelaku

Kata Satrio, keluarga AG ingin AT dihukum setimpal dengan perbuatannya yang telah menghilangkan dua nyawa.

"Kami hanya ingin pelaku AT diberikan hukuman setimpal sesuai ketentuan hukum yang berlaku agar dapat memberikan efek jera," kata Satrio.

Uang Rp 25 juta

Balik saat MG masih dalam kondisi kritis, Satrio mengatakan, keluarga AT berniat memberikan santunan sebesar Rp 25 juta.

Satrio tidak mengetahui maksud dan tujuan utama keluarga AT dalam memberikan uang dengan nominal tersebut.

Keluarga pelaku berniat memberikan santunan tetapi tidak datang secara langsung ke rumah sakit melainkan hanya melalui sambungan telepon.

"Jadi saya pikir sampai detik ini pihak keluarga pelaku tidak ada atensi ataupun simpati dan empati itu tidak ada. Yang ada mereka telepon saya, tanpa basa-basi langsung menyebut nominal angka," kata Satrio.

Satrio menilai apa yang dilakukan pihak pelaku sangat tidak etis dan tidak akan pernah sebanding dengan apa yang dialami MG.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Dedie Rachim Daftar Penjaringan Cawalkot ke Partai Lain, Bentuk Bujuk Rayu PAN Cari Koalisi di Pilkada

Megapolitan
Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Kemenhub Tambah CCTV di STIP usai Kasus Pemukulan Siswa Taruna hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Kasus Kecelakaan HR-V Tabrak Bus Kuning UI Diselesaikan Secara Kekeluargaan

Megapolitan
Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Taruna STIP Dipukul Senior hingga Tewas, Kemenhub Bentuk Tim Investigasi

Megapolitan
Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Dedie Rachim Ikut Penjaringan Cawalkot Bogor ke Beberapa Partai, PAN: Agar Tidak Terkesan Sombong

Megapolitan
Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Kebakaran Landa Ruko Tiga Lantai di Kebon Jeruk, Petugas Masih Padamkan Api

Megapolitan
Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Megapolitan
Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Dijenguk Adik di RSJ Bogor, Pengemis Rosmini Disebut Tenang dan Tak Banyak Bicara

Megapolitan
Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Senior yang Aniaya Taruna STIP Panik saat Korban Tumbang, Polisi: Dia Berusaha Bantu, tapi Fatal

Megapolitan
Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com