JAKARTA, KOMPAS.com - Masjid di antara deretan ruko Jalan Lautze, Karang Anyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat, terlihat begitu mencolok. Temboknya didominasi warna merah dan kuning.
Arsitektur bangunannya menyerupai pagoda. Selain itu, bagian atap tidak berbentuk kubah, seperti masjid pada umumnya yang memiliki simbol bintang dan bulan sabit.
Bentuk pintu masjid mirip dengan gerbang kelenteng yang tinggi dan terbuat dari kayu tebal. Pada langit-langit dekat pintu masuk terdapat ornamen lampion.
Menjelang matahari terbenam, beberapa jemaah mulai berdatangan ke Masjid Lautze. Mereka duduk-duduk di area depan masjid.
Sebagian besar yang datang merupakan karyawan pertokoan di sekitar masjid. Mereka berbincang santai sambil menunggu waktu berbuka puasa.
Pengurus masjid pun sibuk menyiapkan hidangan untuk berbuka. Mereka menyajikan tiga buah kurma, roti, gorengan, air mineral, dan teh manis hangat untuk tiap orang yang berbuka di sana.
Tak lama kemudian, Lim On Sioe atau akrab disapa Koh Aon mengenakan peci dan bergegas menuju mimbar yang terletak di dekat mihrab. Sore itu, Senin (10/4/2023), ia bertugas menjadi muazin.
Setelah menyiapkan pengeras suara, pria berusia 66 tahun itu mengumandangkan azan maghrib. Waktu berbuka puasa pun tiba.
Bagian dalam masjid dihiasi dengan ornamen seni kaligrafi Arab dan aksara China. Warna merah, kuning, dan hijau juga mendominasi.
Qiu Xue Long atau Ustaz Naga Kunadi (47) memimpin shalat maghrib di Masjid Lautze, Jakarta Pusat, Senin (10/4/2023). Naga merupakan salah satu pengurus masjid dan pendamping para mualaf.
Pada bagian mihrab atau ruang kecil tempat imam memimpin shalat terdapat hiasan kaligrafi bertuliskan Ar-Rahman, yang artinya Allah Maha Pengasih.
Di sebelahnya terpasang ornamen aksara China dengan arti yang sama, dalam bahasa Mandarin berbunyi La Ha Man.
Seluruh ornamen pada dinding masjid merupakan cendera mata yang dibawa pengurus Yayasan Haji Karim Oei dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ketika berkunjung ke China.
Jemaah tengah melaksanakan shalat di Masjid Lautze, Jakarta Pusat, Sabtu (15/4/2023).
Ide pembangunan Masjid Lautze dicetuskan oleh Haji Junus Jahja alias Lauw Chuan Tho. Ia memeluk Islam pada 1979 di bawah bimbingan Buya Hamka.
Junus dikenal sebagai tokoh pembauran yang mendorong asimilasi etnis Tionghoa melalui Islam. Ia meyakini bahwa proses pembauran etnis Tionghoa dapat ditempuh dengan jalur keagamaan.