Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Ibu Kota Silang Pendapat soal Rencana Pembagian Jam Kerja untuk Atasi Kemacetan

Kompas.com - 09/05/2023, 17:41 WIB
Rizky Syahrial,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemprov DKI berencana menerapkan pengaturan jam kerja, untuk mengurangi kemacetan di Ibu Kota pada pagi hari.

Dalam hal ini, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, Pemprov nantinya akan membagi dua sesi jam kerja.

Sebagai informasi, jam kerja tersebut akan dibagi dua sesi, yakni pukul 08.00 WIB dan pukul 10.00 WIB.

Wacana kebijakan tersebut akhirnya menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Jakarta.

Salah satu karyawati, Ajeng (24), berpendapat bahwa kebijakan tersebut tidak mengurangi kemacetan.

Bahkan, kebijakan tersebut dapat membuat pekerja yang masuk pukul 10.00 WIB akan pulang lebih larut.

Baca juga: Warga DKI Sebut Pengaturan Jam Kerja Tidak Efektif, Malah Bisa Bikin Macet sampai Siang

"Berarti jam kerjanya jadi lebih larut. Kasihan yang masuk pukul 10.00 WIB dong, kan jam kerja itu 8 jam, yang masuk siang bisa lebih sore pulangnya," ujar dia kepada Kompas.com, Selasa (9/5/2023).

Ia menambahkan, kebijakan ini pada praktiknya nanti diprediksi tidak akan mempengaruhi kondisi jalan yang diharapkan lebih lancar.

Karena menurut dia, masyarakat pengguna kendaraan pribadi di jam-jam tersebut bukan hanya dari kalangan pekerja.

"Kalau di jalan kan tergantung orangnya juga, menurut saya kurang memberikan solusi yang tepat untuk kurangi kemacetan," tambah dia.

Ia menyarankan agar pemerintah dapat memaksimalkan moda transportasi publik, khususnya untuk para pekerja yang tinggal di luar kawasan Jakarta atau Bodetabek.

Baca juga: Soal Pengaturan Jam Kerja, Heru Budi: Sedang Didiskusikan oleh Dishub

Hal itu, menurut Ajeng, bisa mengurangi volume kepadatan di Jakarta, khususnya pada pagi hari.

"Mungkin ditambah armada kereta atau bus transportasinya ya (dari luar Jakarta), supaya bisa lebih nyaman atau mungkin bisa lebih pagi lagi jadwalnya," kata Ajeng.

"Jadi enggak harus masuk pukul 10.00 WIB, harus pulang lebih larut. Apalagi rumahnya jauh," ucap dia.

Senada dengan Ajeng, pekerja kantoran bernama Aditya (27) pesimistis kebijakan pembagian waktu jam kerja akan berpengaruh pada kemacetan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Si Kribo Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Si Kribo Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Polisi Dalami Peran Belasan Saksi Dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Kepada Kapolres Jaktim, Warga Klender Keluhkan Aksi Lempar Petasan dan Tawuran

Megapolitan
Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Belasan Taruna Jadi Saksi dalam Prarekonstruksi Kasus Tewasnya Junior STIP

Megapolitan
Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Polisi Tangkap Lebih dari 1 Orang Terkait Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

RTH Tubagus Angke Dirapikan, Pedagang Minuman Harap Bisa Tetap Mangkal

Megapolitan
Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Prarekonstruksi Kasus Penganiayaan Taruna STIP Digelar hingga 4 Jam

Megapolitan
Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Masih Bonyok, Maling Motor di Tebet Belum Bisa Diperiksa Polisi

Megapolitan
Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Cegah Prostitusi, RTH Tubagus Angke Kini Dipasangi Lampu Sorot

Megapolitan
Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Balita yang Jasadnya Ditemukan di Selokan Matraman Tewas karena Terperosok dan Terbawa Arus

Megapolitan
PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

PDI-P Buka Penjaringan Cagub dan Cawagub Jakarta hingga 20 Mei 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com