Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Bocah "Ngompreng" Truk, Ada yang Harus Lebih Diperhatikan daripada Soal Keamanan...

Kompas.com - 23/06/2023, 20:02 WIB
Baharudin Al Farisi,
Jessi Carina

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Abe Widyanta memberikan pandangan tentang fenomena bocah yang mengompreng truk trailer di Jakarta Utara.

Karena latar belakang bocah-bocah itu belum diketahui, Abe mengilustrasikan mereka adalah kelompok pengamen jalanan. 

Menurut Abe, realitas bocah mengompreng harus ditarik ke masalah kurangnya transportasi publik yang dapat diakses semua lapisan masyarakat. 

“Dalam pengertian bahwa, kalau ada masyarakat yang khawatir bahwa itu mengganggu keselamatan mereka, ya tentu saja. Dari perspektif normal ya begitu. Tetapi, mari kita lihat dunia mereka. Apakah mereka punya akses transportasi publik? Walaupun itu murah, tapikan mereka harus membayar,” kata Abe saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (23/6/2023).

Baca juga: Pemandangan Biasa di Jakarta Utara, Bocah-bocah Ngompreng Truk Trailer di Jalan Raya

“Tapi apakah mereka punya uang untuk membayar transportasi itu? Kalau kemudian itu sulit bagi mereka untuk bisa membayar, ya tentu saja pilihan itu mengharapkan generosity. Itu soal kebaikan hati, kedermawanan orang,” ucap Abe melanjutkan.

Ia menyampaikan, masyarakat Indonesia memiliki sifat dermawan yang tinggi dengan berbagai macam alasan, entah itu beramal atau lain hal.

”Tapi mayoritas kira-kira karena dianggap bahwa itu juga bagian dari amal. Ketika sopir truk atau pick up bak terbuka itu diadang oleh kelompok yang mereka tahu bahwa anak-anak ini tidak bisa membayar, ya diangkut saja,” tegas Abe.

Dengan memberikan tumpangan, kata Abe, toh tidak akan merugikan masing-masing pihak.

Jika mempersoalkan fenomena bocah yang mengompreng ini, bagi Abe hal tersebut bagaikan langit dan bumi.

Baca juga: WN Iran Hanya Butuh 15 Menit untuk Produksi 0,5 Kilogram Sabu di Apartemen Cengkareng

Justru, dia menyoroti tentang transportasi publik yang disediakan negara kepada masyarakat.

“Mestinya yang harus dilihat adalah soal, inikan soal karena tidak ada akses transportasi publik yang selama ini semakin dibutuhkan tetapi negara memfasilitasi transportasi private. Mestinya harus sampai ke struktur itu membongkar realitas yang sesederhana itu,” ungkap Abe.

Abe berujar, dengan pemerintah Indonesia lebih memfasilitasi transportasi pribadi dibandingkan publik, ini akan menjadi ketimpangan sosial.

“Jadi, problem struktural yang mestinya harus dibaca, bukan hanya hal-hal yang terlalu sepele seperti itu tentang keamanannya," kata Abe.

"Kalau berbicara soal keamanan, hidup mereka itu sudah diliputi ketidakamanan terus, enggak punya rumah. Setiap harinya penuh dengan ketidakamanan. Masa harus berbicara tentang keamanan dalam pengertian yang orang normal? Apalagi orang normal yang kaya,” tambah dia.

Baca juga: Saat Kuasa Hukum Pemilik Ruko Sebut ada Jawara yang Manfaatkan Polemik di Pluit untuk Bangun Chinatown

Dengan begitu, Abe menekankan, ketika ada realitas ada bocah yang mengompreng truk trailer, seyogyanya harus ditarik ke permasalahan negara.

Sesungguhnya, ujar Abe, masyarakat Indonesia sangat membutuhkan transportasi publik yang murah.

“Kalau negara hanya memfasilitasi transportasi pribadi, itu maka jalanan akan sesak, pertama. Yang kedua, itu adalah gambaran persoalan bangsa ini yang akan selalu berlomba-lomba di dalam membuat ketimpangan sosial itu semakin melebar. Jadi, realitas masyarakat yang ngompreng, sepertinya adalah realitas lebih karena minimnya infrastruktur transportasi publik yang murah untuk diakses oleh mereka yang kaum tidak berpunya,” tutup Abe.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Megapolitan
Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Megapolitan
Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Megapolitan
Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Megapolitan
Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Megapolitan
Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Megapolitan
Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Megapolitan
Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Megapolitan
417 Bus Transjakarta Akan 'Dihapuskan', DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

417 Bus Transjakarta Akan "Dihapuskan", DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

Megapolitan
Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Megapolitan
Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Megapolitan
Fakta-fakta Donasi Palsu Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pelaku Mengaku Paman Korban dan Raup Rp 11 Juta

Fakta-fakta Donasi Palsu Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pelaku Mengaku Paman Korban dan Raup Rp 11 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com