JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan suami istri Syamsul dan Teti (65) duduk berdampingan dengan air muka pasrah di depan toko baju mereka di Pasar Tanah Abang Blok G, Jakarta Pusat.
Toko mereka menjadi semacam penerang di lorong pasar yang didominasi kios-kios tutup itu. Sebab, penerangan bangunan yang terdiri dari tiga lantai itu minim.
Saat dihampiri Kompas.com pada Kamis (6/7/2023), keduanya mengeluhkan sepinya pengunjung yang datang ke Blok G. Apalagi, sejak pandemi Covid-19 melanda.
“Itu yang bikin kami hancur. Enggak ada yang buka lagi (di sekitar situ) selain kami,” ujar Teti.
Suami istri itu kompak saat ditanya jumlah pembeli dalam sehari, atau juga dua atau tiga hari terakhir.
“Iya, enggak ada!” seru mereka bersamaan.
Baca juga: Pasar Tanah Abang Blok G Tidak Terurus, Kini Diduga Jadi Sarang Pesta Miras dan Sabu
Teti mengatakan, sebelum pandemi dia setidaknya pasti mendapatkan satu pelanggan setiap harinya. Ditambah dengan penglaris yang selalu datang kembali ke lapaknya.
Namun, kini langgannya sudah juga jauh berkurang dan bahkan tidak ada. Bahkan, saat menjelang lebaran sekalipun.
“Kami bulan puasa saja enggak dapat duit, Rp 10 juta saja enggak sampai,” kata Syamsul.
Padahal, saat Blok G baru dibuka pada 2013 lalu, jualan mereka cukup laris hingga bisa membiayai pendidikan anak di salah satu universitas swasta.
“Alhamdulillah waktu itu ramai, bisa kuliahkan anak. Kalau sekarang ya, kami dapat dari anak. Ada kontrakan tiga pintu juga,” lanjut dia.
Baca juga: Riwayat Blok G Pasar Tanah Abang, Awalnya untuk Rangkul PKL, Kini Diduga Jadi Sarang Preman
Lantaran toko mereka milik sendiri, pasangan suami-istri itu merasa sayang untuk meninggalkannya.
Mereka juga merasa menjaga toko sudah menjadi bagian dari kegiatan mereka sehari-hari.
“Buka jam 09.00, tutup jam 14.00 WIB. Sudah tua, kami mau ngapain lagi di rumah? Anak kan sudah besar,” timpal Syamsul.
Keduanya berharap, kondisi Pasar Tanah Abang Blok G bisa segera dibenahi sesegera mungkin. Khususnya juga agar pemerintah dapat lebih memperhatikan kondisi pedagang.
“Katanya sih kemarin bilangnya, orang koperasi sudah mengadu ke DPRD. Sudah ditanggapi juga, sudah dipanggil. Disuruh perhatikan pasar ini, bikin penampungan,” tutup Teti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.