Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Sawah di Bekasi yang Kekeringan, Tanah Retak dan Padi Jadi Kecoklatan

Kompas.com - 12/08/2023, 06:00 WIB
Firda Janati,
Nursita Sari

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Lahan persawahan di Mustikasari, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, mengalami kekeringan dalam sebulan terakhir akibat musim kemarau.

Dari pantauan Kompas.com, sawah yang dikelola Ketua Kelompok Tani Benda Jaya, Niman (56), sudah memperlihatkan tanda-tanda kekeringan. Kondisi tanah mulai retak-retak.

"Ini tanahnya kering, jadinya begini (retak-retak)," kata Niman sambil mengambil tanah dan menunjukkannya kepada Kompas.com, Jumat (11/8/2023).

Baca juga: Musim Kemarau, Sawah di Mustikasari Bekasi Mulai Kekeringan

Karena lahan tak lagi lembap, padi menjadi lebih mudah kering dan berwarna kecoklatan. Kondisi ini berdampak pada kualitas gabah. Ukurannya lebih kecil daripada biasanya.

"Iya, hasil (padi) kurang bagus, karena ada hitam-hitamnya, ukurannya lebih kecil, isinya kurang full (penuh)," ujar Niman.

Lahan pertanian yang dikelola Kelompok Tani Benda Jaya, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, mulai mengalami kekeringan akibat musim kemarau, Jumat (11/8/2023). Saluran air yang mulai surut tak bisa lagi mengairi lahan sawah Niman (56). Kekeringan sawah juga terlihat dari tanah yang mulai retak-retak.KOMPAS.com/FIRDA JANATI Lahan pertanian yang dikelola Kelompok Tani Benda Jaya, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, mulai mengalami kekeringan akibat musim kemarau, Jumat (11/8/2023). Saluran air yang mulai surut tak bisa lagi mengairi lahan sawah Niman (56). Kekeringan sawah juga terlihat dari tanah yang mulai retak-retak.
Setelah menunjukkan kondisi tanah yang kering, Niman memperlihatkan saluran irigasi yang mulai surut. Ketinggian air tersisa sekitar 50 sentimeter.

"Ini tadinya saluran (irigasi) mengalir. Karena enggak mengalir, ini jadi banyak sampah. Kalau mengalir tinggi (airnya)," ujar dia.

Baca juga: Saluran Irigasi Surut, Petani di Mustikasari Bekasi Pakai Pompa untuk Mengairi Sawah

Karena saluran irigasi tidak bisa mengairi lahannya lagi, Niman akhirnya menggunakan empat pompa air untuk mengairi padi di lahan seluas 2,5 hektar.

"Enggak ada air, jadi ambil dari pantekan. Total ada empat pompa air, jalaninnya harus pakai bensin," papar dia.

Dalam seminggu, Niman membutuhkan biaya Rp 400.000 untuk mengairi sawah menggunakan empat pompa air.

Selain biaya pengelolaan sawah bertambah, kekeringan juga memengaruhi kualitas gabah.

Nirman pun terpaksa tetap menjual gabah dengan harga tinggi untuk menutupi biaya operasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com