TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Tumpukan ampas cabai yang terbakar di lahan kosong wilayah RT 002 RW 002, Kademangan, Setu, Tangerang Selatan, masih mengeluarkan kepulan asap putih.
Hal itu membuat warga turun tangan secara swadaya untuk mengatasi persoalan tersebut.
Pantauan Kompas.com pada Jumat (18/8/2023), enam hingga delapan warga bahu membahu mencari titik api yang masih membakar.
Baca juga: Keluhkan Ampas Cabai yang Terbakar, Warga Kademangan: Asapnya Pedas, Bikin Sesak
Sebagian dari mereka ada yang mengeruk tumpukan ampas cabai yang masih mengeluarkan asap menggunakan pacul dan sekop.
Kemudian, warga lainnya menyemprotkan air dari selang yang terhubung dari rumah warga. Meski air yang keluar kecil, tetapi warga tetap berupaya memadamkan asap ampas cabai itu.
Ketua RT 002 RW 002, Sukarya (50) mengatakan, kerja bakti warga mengatasi ampas cabai yang terbakar itu sudah berlangsung selama lima hari, sejak api muncul pada Senin (14/8/2023).
Pasalnya, langkah penyemprotan oleh pemadam kebakaran dan pengerukan oleh dinas terkait tidak diselesaikan secara tuntas.
"Hari ketiga (Rabu, 16/8/2023) diturunkan beko untuk mengorek. Tapi itu pun tidak sempurna karena api sudah masuk ke dalam," kata Sukarya ditemui di lokasi.
Baca juga: Tiga Korban Tewas di F2 Hotel Melawai Diduga Terkunci di Dalam Kamar
"Setelah itu, sama teman-teman (warga) bongkar pakai pacul sampai sekarang kami kerjain pelan-pelan mencari titik api," sambung dia.
Meski begitu, Sukarya berharap langkah warganya untuk memadamkan secara mandiri itu membuahkan hasil.
"Mudah mudahan hari ini selesai karena udah ketemu tanah asli," ucp dia.
Sebelumnya diberitakan, sejumlah warga mengeluhkan aktivitas pembuangan ampas cabai di lahan kosong di wilayah RT 002 RW 002, Kademangan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan.
Tumpukan ampas cabai itu mengeluarkan ribuan serangga yang berdampak kepada warga di sekitarnya.
Baca juga: Setelah Rapat dengan Luhut, KLHK Bentuk Satgas Penanganan Polisi Udara Jakarta
Warga setempat, Tholib (60) mengatakan, serangga-serangga itu menghinggapi dinding rumah bahkan memasuki rumah.
"Awalnya binatang keluar, kayak semut. Pertama biasa aja, lama-lama makin banyak. Di perumahan ini, dinding kan putih, tapi jadi hitam karena (dihinggapi) binatang itu. Sampai ke sini (dalam rumah) juga ada," ucap Tholib saat ditemui di kediamannya, Rabu (16/8/2023).