JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Lalu Lintas Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub, Cucu Mulyana mengungkap, kemacetan di kawasan Jabodetabek berpotensi menimbulkan kerugian hingga Rp 100 triliun per tahunnya.
"Jabodetabek capai Rp 100 triliun. Sementara kota lain yakni Semarang, Surabaya, Bandung, Medan, Makasar, masing-masing Rp 12 triliun per tahun," kata Cucu dalam konferensi pers secara daring, Kamis (24/8/2023).
Sedangkan untuk kemacetan di Jakarta sendiri, bisa menimbulkan kerugian mencapai Rp 65 triliun dalam setahun menurut kajian Bank Dunia tahun 2019.
"Ditambah pertumbuhan industri, khususnya industri otomotif luar biasa, dalam lima tahun terakhir khusus Jakarta mencapai 4-5 persen pertumbuhannya. Maka wajar kemacetan Jakarta ada di ranking 10," ucap dia.
Baca juga: Dishub DKI Imbau Warga Pakai Transportasi Umum Saat KTT ASEAN: Agar Tak Bikin Macet
Ia menilai, salah satu penyebab kemacetan lantaran masih minimnya minat warga Jakarta menggunakan transportasi umum.
Bahkan, warga DKI yang menggunakan transportasi umum kurang dari 20 persen. Sangat jomplang dibanding negara tetangga lain.
"Singapore, Hong Kong, Tokyo di atas 50 persen, masyarakat yang gunakan angkutan umum. Kuala Lumpur, Bangkok, 20-50 persen. Sementara Jakarta, Bandung, Medan, masih di bawah 20 persen," papar Cucu.
Untuk itu, kata dia, angkutan umum beserta fasilitas terkait harus terus dibenahi ke depannya.
"Kalau kita ingin kurangi polusi akibat transportasi kita harus bedah sumber. Kita tahu lalu lintas di kota besar luar biasa tinggi dan penanganan tidak mudah. Upaya kita ke depan harus pembenahan angkutan umum," kata Cucu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.