Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Binaan LPKA Tangerang Didominasi Terpidana Kasus Asusila, Terbanyak dari 3 Daerah Ini

Kompas.com - 29/08/2023, 13:37 WIB
M Chaerul Halim,
Nursita Sari

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas 1 Tangerang menyebutkan, 42 anak narapidana kasus asusila yang menjadi warga binaannya berasal dari tiga kabupaten di Provinsi Banten.

"Kasus asusila ini paling banyak dari Pandeglang, Serang, Rangkasbitung. Mungkin karena gadget," kata Kepala Sub Seksi Pendidikan dan Latihan Keterampilan LPKA Kelas I Tangerang Ronny Setiawan kepada Kompas.com di kantornya, Rabu (23/8/2023).

Ronny mengatakan, para terpidana itu terjerat hukum setelah digerebek orangtua korban saat berbuat asusila. Dua dari 42 anak merupakan terpidana kasus asusila yang menyimpang.

"Kebanyakan saat sedang melakukan (tindak asusila) kegerebek, lalu dilaporkan orangtua korban ke polisi. Sodomi ada juga sebanyak dua orang, korbannya laki-laki," kata dia.

Baca juga: Terpidana Anak di LPKA Kelas 1 Tangerang Didominasi Kasus Asusila

Sementara itu, Ronny mengatakan, terpidana kasus narkoba merupakan korban yang diperalat orang dewasa sebagai kurir barang haram.

"Kalau yang kasus narkoba ini rata-rata kurir, karena mereka saat dites urine normal. Jadi mereka ini korban intimidasi dewasa, lalu dijadikan alat dan ditangkap karena terlibat," ucap Ronny.

Lebih jauh, Ronny mengungkapkan, dari kapasitas 200 tempat tidur di LPKA Tangerang, saat ini hanya diisi 71 anak berhadapan dengan hukum (ABH).

Rinciannya, 42 ABH kasus asusila, enam ABH kasus pencurian, dua ABH kasus kepemilikan sajam/begal, tiga ABH kasus penganiayaan, lima ABH kasus perampokan, lima ABH kasus narkoba, dan delapan ABH kasus tawuran.

Baca juga: Beban Berat AG Melawan Stigma di Usia Belia

Ronny juga memerinci, narapidana anak-anak berjumlah 65 orang, termasuk dua perempuan berinisial AG dan R. Sementara itu, enam orang lainnya berstatus tahanan.

19 warga binaan di LPKA Kelas 1 Tangerang berusia 14-15 tahun, sedangkan 52 orang lainnya berusia 16-18 tahun.

"Vonis tertinggi anak narapidana itu lima tahun (berinisial DS dan A) karena kasus tawuran yang menyebabkan kematian dan vonis terendah itu hanya satu bulan," ucap Ronny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Permudah Faizal Buang Jasad Pamannya, Naedi Inisiatif Beli Karung Goni

Permudah Faizal Buang Jasad Pamannya, Naedi Inisiatif Beli Karung Goni

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta, Rabu dan Besok: Tengah Malam Cerah Berawan

Megapolitan
Sakit Hati dan Provokasi Buat Faizal Tega Bacok Pamannya hingga Tewas, lalu Buang Jasad Korban ke Jalan

Sakit Hati dan Provokasi Buat Faizal Tega Bacok Pamannya hingga Tewas, lalu Buang Jasad Korban ke Jalan

Megapolitan
[POPULER MEGAPOLITAN] Tanjung Priok Macet Total | Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol

[POPULER MEGAPOLITAN] Tanjung Priok Macet Total | Tukang Tambal Ban Digeruduk Ojol

Megapolitan
Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Megapolitan
PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

Megapolitan
Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Megapolitan
Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Megapolitan
Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Megapolitan
Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Megapolitan
Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Megapolitan
KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com