JAKARTA, KOMPAS.com - Menyandang disabilitas tak menghambat langkah Achmad Budi Santoso (33) untuk berdaya.
Budi merupakan aparatur sipil negara (ASN) di Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko-PMK).
Keluarga menjadi penyemangat nomor satu baginya untuk menjalani aktivitas sehari-hari.
Baca juga: Kisah Achmad Budi Santoso, ASN Disabilitas Berkaki Satu yang Rajin Bersepeda dan Naik KRL
Sebelum mengayuh sepedanya menuju stasiun untuk berangkat kerja, Budi selalu meluangkan waktu untuk ngobrol bersama istri dan ketiga buah hatinya.
"Sebelum saya berangkat biasanya minum kayak jamu gitu yang dibuat istri, kemudian ngobrol sebentar. Kadang kalau anak saya sudah bangun saya ngobrol sebentar habis itu saya izin berangkat untuk bekerja," ujar ayah tiga anak dalam wawancara dengan Kompas.com, beberapa waktu lalu.
Budi mengatakan, salah satu putrinya pernah bertanya mengapa kaki sang ayah hanya ada satu.
"Anak-anak melihat kondisi saya, ya mereka awalnya tanya, kenapa kakinya bapak satu. Terus saya jelasin, karena kecelakaan. Dan mereka mengerti itu," lanjut dia.
Saat berusia tujuh tahun, Budi harus kehilangan satu kaki akibat kecelakaan terlindas kereta pengangkut tebu.
Kendati begitu, bagi dia, menjadi penyandang disabilitas bukanlah alasan untuk menyerah akan kerasnya hidup.
"Saya jelaskan juga meskipun saya disabilitas berkaki satu tapi saya bisa berjalan dengan pakai tongkat, naik sepeda bisa, naik motor juga bisa," kata Budi.
Baca juga: Cerita Budi ASN Penyandang Disabilitas, Sempat Kesulitan Cari Kerja karena Diskriminasi
"Sehingga ketika saya diledek orang 'itu kakinya satu', kadang anak saya yang membalas 'enggak apa-apa, ayah saya masih bisa jalan kok pakai tongkat'," ujar dia sembari tersenyum kecil.
Budi memberikan pengertian kepada anak-anaknya, meski disabilitas, ia masih bisa bekerja.
Hal itu bukanlah penghalang untuk menjalani hidup dan beraktivitas seperti orang pada umumnya.
"Ketika saya bisa, apalagi anak saya dengan kondisi tidak disabilitas dan mereka juga enggak sedih dan enggak ada rasa menyesal," lanjut Budi.
Untuk bisa sampai di posisi saat ini, kata Budi, tidak lepas dari peran sang istri yang sudah menemaninya sejak menikah pada 2014.
Awalnya, Budi bertanya-tanya apakah istrinya mau menerima dia apa adanya.
Baca juga: ASN yang WFH Selama KTT ASEAN Diawasi Atasan Masing-masing
"Ternyata dia ya sayang dan suka sama saya itu enggak melihat fisik, sehingga saya udah plong. Berarti perempuan itu enggak hanya melihat fisik tapi bagaimana sikap dan tanggung jawab seorang laki-laki," ujar dia saat mengenang pertemuannya dengan sang istri.
Bahkan, istri Budi pun ikut mendampingi Budi saat tes CPNS di Yogyakarta pada 2015.
Sampai akhirnya ia lolos sebagai ASN di Kemenko-PMK dan menggeluti profesinya itu hingga kini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.