JAKARTA, KOMPAS.com - Dukungan keluarga dan lingkungan menjadi bagian penting bagi hidup Achmad Budi Santoso (33), aparatur sipil negara (ASN) di Kementerian Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) yang menyandang disabilitas.
Budi kehilangan kaki kanannya akibat terlindas kereta pengangkut tebu pada umur tujuh tahun.
Ia mengaku kadang berkecil hati karena memiliki fisik yang berbeda dengan anak-anak sebayanya.
Baca juga: Kisah Achmad Budi Santoso, ASN Disabilitas Berkaki Satu yang Rajin Bersepeda dan Naik KRL
Bersyukur, kedua orangtua Budi tak pernah berhenti menjadi support system yang membuatnya kuat menjalani hidup.
"Ibu bapak saya selalu menyemangati saya. Ibu saya mendukung untuk terus berkembang, sekolah terus. Bapak saya juga setiap hari memberi semangat 'kamu harus semangat, karena kalau kamu berpendidikan nanti juga pasti bisa bekerja. Kalau berusaha pasti dapat apa yang kamu usahakan'," kata pria asal Sidoarjo ini.
Budi juga bersyukur dikelilingi orang-orang baik semasa sekolah.
Guru-gurunya pun ikut membantu Budi mengasah minat dan bakatnya. Termasuk mendaftarkan Budi mengikuti lomba menari yang ia senangi masa itu.
"Waktu kecil rasa minder kadang ada, kadang enggak. Tapi ketika SD, saya bertemu guru, yang mengajari saya membimbing, memotivasi saya," lanjut dia.
Baca juga: Cerita Budi ASN Penyandang Disabilitas, Sempat Kesulitan Cari Kerja karena Diskriminasi
Bahkan, sewaktu mengikuti lomba menari untuk peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus, Budi meraih juara dua. Prestasi ini sedikit banyak mengembangkan rasa percaya diri Budi.
"Dari situ saya 'ih ternyata saya bisa berprestasi ya'. Dan saya enggak tahu kenapa guru saya menjadikan saya juara dua," ujar dia.
Begitu pula saat menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Gurunya kerap melontarkan kata-kata menghibur yang memantik semangat Budi.
"Guru saya membuka kesadaran saya kalau 'oh Budi ini mentalnya kuat' karena walaupun saya dipanggil cacat, kakinya pincang, itu saya enggak akan marah," lanjut ayah tiga anak tersebut.
Walaupun Budi merasa perkataan gurunya waktu itu hanyalah kiasan manis semata, tetapi ia bersyukur.
Baca juga: Pesan Budi, ASN Disabilitas kepada Anaknya: Kondisi Ini Bukan Penghalang
Berkat motivasi itu, Budi tidak ambil pusing dengan orang-orang yang membicarakan fisiknya.
"Motivasi yang mungkin terlihat berpura-pura ya mereka, tapi itu membuat saya 'oh iya ya biarin orang menyebut saya seperti itu, yang penting saya tidak menanggapinya'," ujar dia lagi.
Kata Budi, tidak masalah orang mau berkata apa. Yang penting, orangtua dan keluarganya selalu mendukung hingga menjadikannya seperti saat ini.
"Biarin saya disabilitas, banyak orang mendukung saya, kenapa saya harus mendengarkan mungkin bullying-bullying dari orang lain?" imbuh dia sembari tersenyum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.