JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang ibu berinsial GAH (68) dan anaknya, DAW (38), yang ditemukan tewas tinggal kerangka di kediaman mereka, Perumahan Bukit Cinere, Depok, Kamis (7/9/2023), dikenal sebagai sosok antisosial.
Tetangga korban, Ratna Ningsih Trinyoto (71), menyebutkan, meski telah tinggal di perumahan tersebut lebih dari 30 tahun, hingga saat ini masih ada tetangga yang tak mengenal keluarga korban.
"Selama bertahun-tahun, beliau tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga. Jadi dengan tetangga, ada yang kenal, ada yang enggak," sebut Ratna, Jumat (8/9/2023).
Menurut Ratna, GAH sekeluarga telah tinggal di perumahan tersebut sejak sekitar 1986 atau 1987. Adapun Ratna baru tinggal di sana sejak 1988.
Saat itu, keluarga GAH tinggal bertiga bersama anaknya DAW serta suaminya yang meninggal karena sakit pada tahun 2011.
Ratna mengaku tetap menyapa GAH meski satu keluarga itu jarang bersosialisasi. Biasanya, Ratna menyapa GAH saat jalan pagi.
Ratna juga mengaku sering mengajak GAH untuk ikut lari pagi. Akan tetapi, GAH disebut tak pernah mau ikut.
"Karena saya suka jalan pagi, saya sering lewat sini. Beliau (GAH) lagi di depan mau buang sampahlah, nyapu. Karena sebagai tetangga dekat, rumah saya di depan situ, saya sapa dia," tutur Ratna.
Cerita Ratna juga diamini oleh Ketua RW setempat, Herry Meidjiantono. GAH dan DAW dikenal jarang bergaul dengan warga di lingkungannya.
Bahkan, keduanya juga jarang kedatangan tamu dari luar, meskipun itu adalah keluarga sendiri. Setiap hari, rumah mereka lebih banyak tertutup rapat.
Hal itu dapat diketahui dengan mudah. Sebab, setiap tamu yang berkunjung ke perumahan, bakal dimintai kartu identitas, baik itu SIM atau KTP untuk ditukar dengan kartu akses masuk.
"Sejauh yang saya tahu tidak pernah ada tamu atau keluarga yang pernah berkunjung (ke rumah GAH)," kata Herry.
Baca juga: Ketua RW Sebut Ibu-Anak yang Jasadnya Sisa Tulang di Depok Ogah Masuk Grup WA Kompleks
Ia menambahkan, saking tertutupnya GAH dan DAW, keduanyatidak pernah terlibat dalam berbagai acara sosial di kompleks tersebut.
Bahkan, mereka menolak dimasukkan ke dalam grup WhatsApp (WA) warga.
"Kalau secara informasi dari warga sekitar, mereka itu tertutup dan tidak berkomunikasi dengan depan, dengan tetangga," kata Herry