JAKARTA, KOMPAS.com - Chuyenk (28), seorang pedagang di Pasar Rawa Badak mengungkapkan bahwa beras yang harganya tengah naik drastis memiliki kualitas seperti raskin (beras untuk keluarga miskin).
Menurutnya, beras-beras yang harganya kini mencekik para pedagang di Pasar Rawa Badak tersebut sangat rendah kualitasnya.
“Iya (rata-rata yang kualitasnya rendah yang mengalami kenaikan harga), yang tadinya enggak laku, sekarang jadi laku. Ya beras yang sering dikonsumsi itu, beras raskin gitu,” ujar Chuyenk saat ditemui Kompas.com di Pasar Rawa Badak, Koja, Jakarta Utara, Rabu (11/10/2023).
Baca juga: Harga Beras Naik, Pedagang di Pasar Rawa Badak: Penghasilan Minus, Malah Utang untuk Modal
Dia mengungkapkan, terjadinya kenaikan harga beras tersebut sudah berlangsung satu bulan terakhir ini.
Oleh karena itu, modal para pedagang juga semakin besar seiring dengan kenaikan harga beras.
“Tadinya itu modal cuma Rp 10.000, sekarang Rp 14.000 sampai Rp 15.000 per kilogram ya,” ucap Chuyenk.
Dia menambahkan, kenaikan harga beras terbilang tidak masuk akal. Pasalnya, banyak pembeli yang protes.
“Kalau misalnya naik, barang bagus, ya enggak apa-apa. Nah ini, sudah baik, barangnya jelek, sama saja bohong,” tuturnya.
Baca juga: Harga Beras Naik, tapi Barangnya Jelek”
Terlebih, isu mengenai beras plastik yang beredar di pasar-pasar menjadi momok tersendiri bagi para pedagang.
“Jadi kita jualnya bingung juga. Kita jual beras bagus dikira beras plastik. Jual beras jelek dikira enggak bermutu, tapi harga malah tinggi. Kan jadi serba salah. Pada teriak semua pedagang,” ungkapnya.
Secara terpisah, seorang pedagang beras yang lain di Pasar Rawa Badak bernama Muhammad Chusein (45) mengungkapkan bahwa kenaikan harga sudah berlangsung sejak 17 Agustus 2023.
"Sekarung naiknya bisa Rp 40.000 - Rp 50.000. Karung kecil yang itu, yang 25 kilogram. Dulu kan Rp 330.000, sekarang Rp 380.000," ujar Chusein.
Dengan keadaan yang terimpit tersebut, Chusein terpaksa harus membongkar celengan demi modal yang kian membesar.
Baca juga: Harga Beras Tinggi, Pedagang Warteg Mau Tak Mau Ikut Naikkan Harga Makanan ke Pelanggan
"Iya, dari Agustus itu sudah mulai merangkak, merangkak, merangkak. Dijual, tapi nambah modal lagi. Gitu terus. Dijual Rp 330.000, nambah lagi Rp 340.000. Gitu saja terus. Satu mobil, itu bisa tambah Rp 7 juta kita," ucap Chusein.
"Ya maksudnya kenaikan harga bisa Rp 7 juta (untuk sejumlah karung beras yang masuk di mobil bak terbuka. Yang punya celengan, pada bongkar celengan," lanjutnya.
Bukan hanya itu, terkadang Chusein juga harus berutang demi modal membeli beras.
"Ngutang malah, ngutang semua, enggak kayak dulu. Orang-orang di dalam itu sudah pada ngeluh saat berjualan. Gali lubang tutup lubang," ujar Chusein.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.