JAKARTA, KOMPAS.com - Persoalan jarak keberangkatan antarkereta (headway) Lintas Raya Terpadu (LRT) Jabodebek karena perbaikan 18 rangkaian kereta berdampak ke ketidaknyamanan penumpang.
Masalah ini merupakan buntut dari ausnya roda kereta. Perbedaan yang pasti terlihat jelas adalah headway saat jam sibuk dan jam lengang.
Jarak waktu keberangkatan antarkereta mencapai 30 menit pada jam sibuk. Sementara, saat lengang mencapai satu jam, dua kali lebih lama dari jam sibuk.
Perbedaan yang terlihat signifikan ini dikeluhkan penumpang. Fitriah (31) adalah salah satunya. Ia heran karena masalah itu muncul saat LRT belum lama beroperasi.
"Perasaan belum lama (diresmikan). Heran ya heran, cuma ya mau gimana?" ujar Fitriah saat ditemui di Stasiun Dukuh Atas, Rabu (1/11/2023).
Baca juga: LRT Jabodebek Mogok di Depan Menara Saidah, PLN: Suplai Listrik Hari Itu Normal
Ia mengaku kerepotan dengan lamanya waktu tunggu kedatangan kereta. Sebab, ia perlu menyesuaikan waktu agar ketika tiba di stasiun LRT, tidak ketinggalan kereta.
"Jadi perlu hitung-hitungan waktu biar enggak ketinggalan kereta dan nunggu lebih lama lagi," tutur Fitriah.
Tak jauh berbeda, pengguna lain bernama Sandy Sanjaya (32) juga menyatakan hal yang sama.
Menurut Sandy, headway yang semakin lama membuat waktu tempuh tidak ada bedanya dengan bermacet-macetan di jalan menggunakan kendaraan pribadi.
"Sama saja (seperti kena macet). Waktu nunggunya lama, ditambah waktu perjalanannya juga lama, jadi sama saja," keluh Sandy.
Baca juga: Headway Jadi Lebih Lama, Pengguna LRT: Waktu Perjalanan Sama Kayak Kena Macet
Menurut Sandy, keadaan headway yang bertambah itu justru merugikan penumpang.
Sebab, kocek yang dikeluarkan ketika naik LRT dibandingkan naik KRL commuter juga berbeda jauh.
LRT mematok tarif Rp 20.000 untuk rute Stasiun Jatimulya ke Stasiun terakhir, yakni Dukuh Atas. Sementara untuk KRL commuter dari Stasiun Bekasi Timur ke Stasiun Sudirman, yang memiliki jarak hampir mirip, hanya dipatok Rp 3.000.
"Tarif Rp 20.000 itu terlalu mahal. Perlu penyesuaian lagi karena ini juga kayaknya belum sepenuhnya beres (sempurna)," jelas Sandy.
Keluhan-keluhan in membuat Kementerian Perhubungan mendorong operator LRT Jabodebek mengoptimalkan pelayanan, meski 18 train set-nya sedang masuk bengkel.