Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Headway" Jadi Lebih Lama, Pengguna LRT: Waktu Perjalanan Sama Kayak Kena Macet

Kompas.com - 01/11/2023, 18:33 WIB
Joy Andre,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sandy Sanjaya (32) pengguna layanan kereta lintas raya terpadu (LRT) mengeluhkan penambahan waktu tunggu kedatangan atau headway yang lebih lama.

Menurut Sandy, headway yang semakin panjang karena banyaknya rangkaian roda kereta yang aus membuat waktu tempuh tidak ada bedanya dengan macet-macetan di jalan.

"Sama saja (seperti kena macet). Waktu nunggunya lama, ditambah waktu perjalanannya juga lama, jadi sama saja," kata Sandy ketika ditemui di Stasiun Jatimulya, Rabu (1/11/2023).

Baca juga: Beda Headway LRT Jabodebek: 30 Menit Saat Jam Sibuk, 1 Jam di Waktu Lengang

Menurut Sandy, keadaan headway yang bertambah itu justru dianggap merugikan penumpang.

Sebab, kocek yang dikeluarkan ketika naik LRT dibandingkan naik KRL commuter juga berbeda jauh.

LRT mematok tarif Rp 20.000 untuk rute Stasiun Jatimulya ke Stasiun terakhir, yakni Dukuh Atas.

Sementara untuk KRL commuter dari Stasiun Bekasi Timur ke Stasiun Sudirman, yang memiliki jarak hampir mirip, hanya dipatok Rp 3.000.

"Tarif Rp 20.000 itu terlalu mahal. Perlu penyesuaian lagi karena ini juga kayaknya belum sepenuhnya beres (sempurna)," jelas Sandy.

Baca juga: Headway LRT Lama Imbas Banyak Kereta Masuk Bengkel, Pengguna: Perasaan Baru Jadi

Senada, pengguna LRT bernama Pandu Sihombing (28) juga heran dengan kondisi ini.

Namun begitu, Pandu tetap menganggap LRT adalah opsi terbaik dibanding harus menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan KRL commuter line.

"Mending naik ini tapi nunggu lama karena enggak perlu berdesakan kayak naik KRL. Naik motor atau bus juga kena macet. Kalau ini kan enggak, walau memang banyak masalahnya," tutur Pandu.

Diberitakan sebelumnya, waktu tunggu penumpang di Stasiun LRT Jabodebek kini lebih lama dari biasanya, yakni mencapai 40 menit.

Sebab, 18 rangkaian kereta api LRT Jabodebek masuk bengkel bubut beberapa hari terakhir karena roda kereta aus. Ratusan perjalanan LRT Jabodebek akhirnya dibatalkan.

Baca juga: LRT Jakarta Fase 1B Dibangun, Jakpro: Tarifnya Masih Dikaji

"Dengan sembilan trainset yang beroperasi, headway-nya atau waktu tunggunya antara 30-40 menit di semua stasiun. Waktu tunggu menjadi lama karena banyak perjalanan yang kami batalkan," tutur Manajer Humas LRT Jabodebek Kuswardojodi di daerah Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).

Kus menyebutkan, perbaikan rangkaian kereta di bengkel bubut tak bisa dipercepat untuk saat ini. Sebab, pihak LRT Jabodebek hanya memiliki satu mesin bubut.

Sementara itu, pengerjaan satu rangkaian kereta membutuhkan waktu satu pekan.

 

Kus mengungkapkan, pihaknya sudah bersurat ke Kementerian Perhubungan perihal ini.

Mereka meminta Kementerian supaya LRT Jabodebek memiliki dua mesin bubut sehingga pengerjaan belasan train set lebih cepat.

"Idealnya kami punya dua mesin bubut. Sebab, banyak rangkaian kereta yang cepat aus," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Jukir Minimarket: Jangan Main Ditertibkan Saja, Dapur Orang Bagaimana?

Megapolitan
Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Rubicon Mario Dandy Turun Harga, Kini Dilelang Rp 700 Juta

Megapolitan
Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Anggota Gangster yang Bacok Mahasiswa di Bogor Ditembak Polisi karena Melawan Saat Ditangkap

Megapolitan
Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Warga Cilandak Tangkap Ular Sanca 4,5 Meter yang Bersembunyi di Saluran Air

Megapolitan
Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Dijanjikan Diberi Pekerjaan Usai Ditertibkan, Jukir Minimarket: Jangan Sekadar Bicara, Buktikan!

Megapolitan
Soal Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pengamat Pendidikan : Kegiatan 'Study Tour' Harus Dihapus

Soal Kecelakaan SMK Lingga Kencana, Pengamat Pendidikan : Kegiatan "Study Tour" Harus Dihapus

Megapolitan
FA Nekat Bunuh Pamannya Sendiri di Pamulang karena Sakit Hati Sering Dimarahi

FA Nekat Bunuh Pamannya Sendiri di Pamulang karena Sakit Hati Sering Dimarahi

Megapolitan
Minta Penertiban Juru Parkir Liar Dilakukan secara Manusiawi, Heru Budi: Jangan Sampai Meresahkan Masyarakat

Minta Penertiban Juru Parkir Liar Dilakukan secara Manusiawi, Heru Budi: Jangan Sampai Meresahkan Masyarakat

Megapolitan
Tabrak Separator 'Busway' di Buncit, Pengemudi: Ngantuk Habis Antar Katering ke MK

Tabrak Separator "Busway" di Buncit, Pengemudi: Ngantuk Habis Antar Katering ke MK

Megapolitan
Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Pemkot Depok Janji Usut Tuntas Insiden Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana di Subang

Megapolitan
Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Dibawa ke Pamulang untuk Kerja, FA Malah Tega Bunuh Pamannya

Megapolitan
Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Dishub DKI Bentuk Tim Gabungan untuk Tertibkan Parkir Liar

Megapolitan
Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Pegawai Minimarket di Palmerah Akui Banyak Pelanggan yang Protes karena Bayar Parkir

Megapolitan
Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Dituduh Sering Tebar Ranjau, Tukang Tambal Ban di MT Haryono Diusir Warga

Megapolitan
Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator 'Busway'

Lalu Lintas di Buncit Sempat Macet Imbas Mobil Tabrak Separator "Busway"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com