DEPOK, KOMPAS.com - Sikap politik anak-anak muda di Kota Depok yang memilih menjadi golongan putih (golput) atau abstensi dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) bukan rahasia lagi.
Anggapan ini diamini Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Depok Lienda Ratnanurdiany. Sayangnya, anak muda ini berpotensi kembali golput pada Pilkada 2024.
"Sekarang itu begitu kan ya anak muda. Anak muda berpotensi untuk golput," ujar Lienda usai sesi sosialisasi politik bagi pemilih pemula di SMA Kasih Depok, Rabu (8/11/2023).
Baca juga: Sinyal Tak Bakal Bersaing di Pilkada Depok, Kaesang: Saya Mau Liburan
Sayangnya antusiame ini berkebalikan dengan saat anak muda menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Pada 2020, tingkat partisipasi Pilkada Kota Depok tak setinggi Pemilu 2019.
"Pemilu 2019 kemaren kita sudah melampaui target partisipasi dari 77 persen, yaitu di angka 82 persen. Tetapi Pilkada 2020 golput agak tinggi, jadi tingkat partisipasi turun ke 62 persen," kata dia.
Kemenangan Mohammad Idris-Imam Budi Hartono dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Depok 2020 telah membuat PKS sukses menempatkan usungannya di kursi wali kota hingga empat periode.
Idris-Imam menundukkan lawannya, Pradi Supriatna-Afifah Alia dengan perolehan suara 415.657 atau 55,54 persen.
Baca juga: Isyarat Kaesang Pangarep Tak Maju di Pilkada Depok 2024
Namun, Idris-Imam itu sebetulnya tak memperoleh suara tertinggi. Perolehan suara pasangan itu bisa dikatakan kalah oleh banyaknya jumlah orang yang memilih golput.
Berdasarkan hasil penghitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Depok pada 2020, ada 462.720 pemilih yang tidak datang ke TPS (tempat pemungutan suara (TPS).
Jumlah itu belum memasukkan 29.391 suara tidak sah. Adapun jumlah pemilih total saat itu adalah 1.229.362 daftar pemilih tetap (DPT).
Hal serupa juga terjadi pada Pilkada Kota Depok 2015. Tingkat partisipasi pemilih dalam gelaran Pilkada Kota Depok 2015 pada 9 Desember 2015 lalu, ternyata hanya 56,86 persen saja.
Baca juga: Kaesang Ogah Maju Pilkada Depok, PSI: Relawan Masih Optimistis dan Naikkan Popularitasnya
Atau dengan kata lain, pemilih yang tak menyalurkan hak politik secara benar atau golput 43,14 persen.
Pengamat politik Ipsos Public Affairs Arif Nurul Imam pernah berujar, ada alasan mengapa Pilkada Depok 2020 beberapa kali dimenangkan oleh kelompok golput.
Arif melihat ada dua karakteristik golput di sana, yaitu kelompok apatisme dan kelompok yang kritik pada sistem pemerintahan selama ini. Masyarakat bisa menilai sendiri tingginya tingkat golput di Depok disebabkan oleh apa.
Lienda berujar, tingginya persentase golput ini tidak lepas dari minimnya ketertarikan masyarakat terhadap proses demokrasi di Tanah Air.