KUPANG, KOMPAS.com - Seorang penjahit di Kupang, Fatululi Absalom Leksodat, menceritakan sulitnya mencari uang saat ini. Dia bahkan menunggak uang SPP sekolah anak keduanya yang masih duduk di bangku SMA.
“Kadang, ada tunggakan kakak. Karena belum ada penghasilan yang cukup. Susah kakak. Lagi sepi sekali,” kata Absalom saat ditemui di sela-sela kampanye PSI di Lapangan Sitarda Lasiana, Jalan Timor Raya, Lasiana, Kelapa Lima, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (31/1/2024).
Warga asal Desa Futululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang itu mengungkapkan, sepinya pelanggan yang menggunakan jasanya menjadi penyebab utama.
Baca juga: Bagi-bagi Ponsel Saat Kampanye di Manado, Kaesang: Ada yang Handphone-nya Retak Sampai Jelek Banget?
“Saya sebagai penjahit, kadang sepi. Artinya, pemasukan kurang. Sekarang ini kondisinya sulit, mau dapat uang saja susah. Bagaimana kita bisa membiayai anak-anak untuk sekolah?” ucap dia.
Saat ditanya apakah SMA anaknya itu negeri atau tidak, dia tanpa segan menjawab.
“Iya (negeri), (bayar) SPP per bulan di SMAN 5 Kupang,” ungkap Absalom.
Ayah tiga anak tersebut menyampaikan, untuk biaya SPP per bulan sekolah anaknya senilai Rp 150.000.
Baca juga: Komplotan Copet Pakai Kartu Pers Palsu untuk Permudah Akses Masuk Debat Cawapres di JCC
“Per bulan Rp 150.000,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.