JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil hitung cepat sementara dari sejumlah lembaga survei menunjukkan, perolehan suara pasangan capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD lebih rendah dibandingkan dua rivalnya, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Namun, di sisi lain, perolehan suara PDI-P sebagai salah satu partai politik pengusung Ganjar-Mahfud justru memperoleh suara tertinggi dibandingkan partai politik lainnya.
Bila hasil hitung cepat itu bertahan hingga akhir, artinya perolehan suara PDI-P lebih besar dibandingkan suara Ganjar-Mahfud.
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) Lili Romli melihat hal ini sebagai anomali.
"Akan menarik apabila PDI-P, meski capresnya kalah, tetapi tetap menjadi pemenang pileg. Ini sesuatu yang luar biasa, anomali," ujar Lili dalam Obrolan Newsroom Spesial Pemilu 2024 yang disiarkan langsung di ruangan redaksi Kompas.com, Rabu (14/2/2024).
Baca juga: Anies-Ganjar Diyakini Tak Merapat ke Prabowo, Prinsip Anies dan Keteguhan Megawati Jadi Faktor Utama
Menurut pengamatan Lili, tampaknya ada segelintir pemilih yang masih loyal terhadap PDI-P, sehingga tidak berpaling ke partai politik lain.
Namun, kelompok ini kurang 'sreg' dengan sosok capres-cawapres yang diusung PDI-P.
Faktor lain yang mungkin bisa menjadi penyebab pemilih loyal PDI-P tak mendukung Ganjar-Mahfud adalah soal arah pembangunan ke depan, apakah melanjutkan yang sudah dikerjakan Joko Widodo atau justru sebaliknya.
"Mungkin kampanye-kampanye yang disampaikan Ganjar-Mahfud tidak disukai pemilih loyal PDI-P yang tampaknya menginginkan keberlanjutan. Karena (Ganjar) sempat tiba-tiba belok menjadi penentang Pak Jokowi kan. Padahal yang diharapkan pendukungnya adalah keberlanjutan," ungkap Lili.
"Oleh sebab itu, untuk pilpres, mereka memilih yang di-endorse oleh Pak Jokowi. Sementara untuk partai politik, tetap memilih PDI-P," lanjut dia.
Baca juga: Prabowo-Gibran Sebut Bakal Rangkul Anies dan Ganjar, Guru Besar UI: Demokrasi Bisa Mati
Diketahui, berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo-Gibran memperoleh suara tertinggi dibandingkan dua rivalnya, pasangan urut 1 Anies-Muhaimin dan pasangan nomor urut 3 Ganjar-Mahfud.
Merujuk data Litbang Kompas misalnya. Prabowo-Gibran memperoleh suara 58,60 persen.
Sementara itu, Anies-Muhaimin dan Ganjar Mahfud masing-masing memperoleh 25,26 persen dan 16,14 persen. Adapun angka itu merujuk pada 93,85 persen data sampel TPS yang masuk.
Meski demikian, hasil hitung cepat pemilihan anggota legislatif menunjukkan, PDI-P sebagai partai politik pengusung Ganjar-Mahfud justru memperoleh suara tertinggi.
Berdasarkan data Litbang Kompas, PDI-P memperoleh 16,96 persen suara disusul Golkar dengan 14,49 persen dan Gerindra dengan 13,61 persen. Angka itu merujuk pada 71,65 persen data sampel TPS yang masuk.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.