DEPOK, KOMPAS.com - Seorang pemilik warung nasi di Jalan Margonda Raya, Depok, Nung (38) mematok harga berbeda untuk seporsi makanan pada setiap pembelinya.
Patokan harga tersebut dilihat dari jenis pekerjaan sang pembeli.
"Saya dari dulu gini prinsipnya, kalau ke office boy (OB) dan driver online, harga porsi tetap normal dan standar. Tapi, kalau ke mereka yang pakai baju wali kota, BRI, atau kantoran harganya dinaikkin dikit," ungkap Nung kepada Kompas.com, Senin (19/2/2024).
Nung mengungkapkan, perbedaan harga dari dua klasifikasi pekerjaan tersebut hanya berkisar Rp 1.000-Rp 2.000.
Baca juga: Beras Mahal, Harga Makanan di Warung Nasi Nung Tidak Berubah
"Misal harga nasi pakai telur dan sayur tahu tuh Rp 12.000, kalo ke mereka yang pakai seragam kantoran saya naikkin seribu jadi Rp 13.000," jelas Nung.
Taktik ini merupakan jalan keluar bagi Nung yang merasakan dampak langsung dari kelonjakan harga beras akhir-akhir ini.
Dalam sebulan, kenaikan harga beras di daerahnya sudah empat kali terjadi.
"Saya biasa beli beras petruk. Sekarang harganya Rp 14.500, naik empat kali dalam sebulan ini. Terakhir saya beli itu Rp 13.000," tutur Nung.
Baca juga: Harga Tomat Naik, Pemilik Warung Nasi Jadi Irit Kasih Sambal
Oleh karenanya, Nung juga mencoba mengurangi sedikit porsi nasi supaya dirinya tidak terlalu merugi dan harga seporsi makanan tidak meningkat banyak.
"Solusi saya sejauh ini mengurangi porsi nasi. Misal porsi nasi normal dua centong, itu saya kurangin dikit. Kalau nasi setengah juga saya kurangin lagi porsinya," tutur Nung.
Nung menjelaskan, perubahan porsi nasi atau harga makan tersebut sebenarnya tidak terlalu menjadi sumber masalah bagi karyawan kantoran, sebab mereka lebih sering membeli lauk saja.
"Biasanya dari karyawan kantor wali kota gitu porsi nasinya enggak banyak dan enggak mempermasalahkan (perubahan porsi nasi). Apalagi, orang kantor memang seringnya beli lauk aja sih, nasi sudah bawa sendiri," imbuh Nung.
Baca juga: Harga Beras Naik 4 Kali dalam Sebulan, Pemilik Warung Nasi: Pusing Banget!
Di samping itu, Nung mengungkapkan, pendapatannya tidak memiliki angka pasti per harinya, terlebih karena warung nasinya juga hanya buka setiap Senin-Jumat, atau mengikuti jadwal karyawan kantoran bekerja.
"Sekitar Rp 1 Juta ada, tapi hasil kotor. Kalau bersih saya enggak yakin karena selalu beda pendapatannya per hari. Apalagi hari Sabtu-Minggu libur, ikut jadwal jam kerja kantor," ucap Nung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.