Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Madaris Putar Otak demi Punya Penghasilan Tambahan untuk Beli Pangan yang Harganya Melambung...

Kompas.com - 21/02/2024, 17:01 WIB
Dinda Aulia Ramadhanty,
Nursita Sari

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Lonjakan harga pangan membuat Madaris (54) memutar otak demi memperoleh penghasilan tambahan.

Sebab, pendapatannya sebagai seorang pekerja lepas pengurus tanaman tak akan cukup untuk membeli semua kebutuhan di tengah lonjakan harga pangan.

"Gaji saya yang Rp 3,7 juta per bulan kan monoton setiap bulannya dan itu cukup untuk kebutuhan. Tapi, saya sudah mulai kepikiran harus cari kerja tambahan karena ternyata kurang," kata Madaris saat ditemui Kompas.com, Rabu (21/2/2024).

Baca juga: Omzet Pedagang Beras di Bekasi Anjlok hingga 20 Persen

Pada bulan ini, Madaris bersama sang istri mulai membuat daftar pekerjaan dan usaha yang bisa dijalankan untuk mendapat pemasukan lain.

"Opsi terbaik saya dan istri tuh membuat camilan ringan (kerupuk) yang nanti dititipkan ke warung-warung. Ini sudah jadi obrolan panjang dan segera dilakukan bulan ini," ucap Madaris.

Dia juga sempat berpikir untuk menjadi pengemudi ojek online (ojol) mulai sore hari, setelah menyelesaikan pekerjaan utamanya sejak pagi.

"Ada pertimbangan jadi ojol lagi kayak 2021 lalu, tapi takut istri enggak izinin dan energi dari sayanya mungkin sudah enggak kuat," ungkap Madaris.

Baca juga: Harga Beras di Bekasi Naik, Pedagang: Ada yang Pilih-pilih, tapi Enggak Jadi Beli

Madaris mengaku tak mungkin memangkas pengeluaran makan, meski harga pangan melonjak.

Karena itu, satu-satunya opsi yang bisa dilakukan adalah mencari pendapatan tambahan.

"Kalau pengeluaran makan enggak bisa diubah/dikurangi karena masalahnya anak saya juga (kelas 7) masih dalam masa pertumbuhan, solusi saya sebagai orangtua enggak mungkin kurangi porsi makan," ucap Madaris.

Menurut dia, harga pangan yang paling "mencekik" saat ini adalah beras dan telur. Dalam sebulan, keluarga Madaris membutuhkan 30-35 liter beras dan 10-15 kilogram telur.

"Sehari tuh masak nasi sering 1-2 liter, dimasak saat pagi dan sore. Kalau dalam sebulan, bisa habis sekitar 30-35 liter untuk kami berempat," tutur Madaris.

"Pokoknya saya buat beli beras saja habis hampir Rp 500.000, belum saya butuh beli telur 10 kg yang juga lagi naik jadi Rp 28.000/kg," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com