Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS METRO

Yudi Latif: Politik Punya Tugas Transformasi Sosial Masyarakat, Bukan demi Kuasa

Kompas.com - 23/02/2024, 12:10 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Yudi Latif mengatakan, tata kelola demokrasi menjadi kunci bagi tata kelola nilai, karakter, dan ekonomi.

“Mencari tata kelola politik ekonomi demi kesejahteraan kuncinya di pengelolaan politik yang baik. Politik bukan kuasa demi kuasa, bukan demi pemilu. Politik itu punya tugas transformasi sosial masyarakat,” ujarnya.

Hal tersebut dikatakan Yudi Latif saat memberikan kuliah umum bertema “Manajemen Kepemimpinan Negara Demokratis” di Kampus Budi Bakti, Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/2/2024).

Yudi mengungkapkan, politik yang demokratis mempunyai tugas menjaga keragaman persatuan nasional Indonesia. 

“Namun, jika demokrasi hanya menguntungkan segelintir orang kaya, maka akan muncul gejolak di masyarakat,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (23/4/2024).

Baca juga: Peduli Lingkungan, DMC Dompet Dhuafa dan Pemkot Ternate Teken Kerja Sama Pengelolaan Sampah

Dia menyebutkan, faktanya demokrasi Indonesia sejak zaman Presiden Sukarno sampai zaman reformasi saat ini adalah masih ditemukan kesenjangan ekonomi. 

“Bahkan, kesenjangan makin meningkat setelah reformasi. Demokrasi membuat kesenjangan ekonomi semakin melebar, persatuan semakin merenggang,” katanya. 

Yudi mencontohkan, keberpihakan negara dalam pembuatan undang-undang (UU) yang terkait dengan kepentingan rakyat akan sangat lama dibahas. 

“Sementara itu, UU yang berkepentingan dengan usaha segelintir orang kaya (yang0 berkuasa akan lebih cepat pembahasan dan pengesahan,” terangnya.

Berbicara di hadapan mahasiswa Kampus Budi Bakti, cendekiawan muslim itu turut mengajak mahasiswa menyelami hal-hal mendasar mengenai demokrasi dan tujuannya. 

Baca juga: Lewat Cine Charity #6, Dompet Dhuafa Ajak Anak-anak Yatim Menonton Film Buya Hamka

Dia menjelaskan, peradaban negara bangsa bisa berlangsung dengan baik apabila tata kelola politik demokrasi berjalan baik, tata kelola ekonomi berkeadilan, dan tata kelola nilai karakter terbentuk dengan baik. 

“Kondisi Indonesia saat ini merujuk pada kata-kata Sukarno ‘Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terjajah’,” ungkapnya. 

Yudi mencontohkan, ciri negara dengan ekonomi terjajah adalah rakyat membeli barang-barang semahal-mahalnya, tetapi produsen menjual barang semurah-murahnya.

Terakhir, Yudi berpesan mengenai kepemimpinan dan keberlanjutan. Keberlanjutan program pemerintah atau negara seharusnya terlembagakan, bukan dengan keberlanjutan kepemimpinan dari hubungan darah.

Baca juga: Yayasan Amal Khair Yasmin Gandeng Dompet Dhuafa Salurkan Bantuan untuk Palestina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Pungli di Masjid Istiqlal Patok Tarif Rp 150.000, Polisi: Video Lama, Pelaku Sudah Ditangkap

Megapolitan
Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Orangtua Korban Tragedi 1998 Masih Menunggu Anak-anak Pulang Sekolah...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, Senin 13 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta 'Napak Reformasi' Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Peringati Tragedi Mei 1998, Peserta "Napak Reformasi" Khusyuk Doa Bersama dan Tabur Bunga

Megapolitan
Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Diduga Bakal Tawuran, 33 Remaja yang Berkumpul di Setu Tangsel Dibawa ke Kantor Polisi

Megapolitan
Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Dharmawangsa, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com