JAKARTA, KOMPAS.com - Marbut Masjid Al Jabr, Tamin (65) mengaku tidak mempunyai kartu Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) saat usianya sudah senja.
Oleh karena itu, Tamin terpaksa mengorek tabungannya yang dia sisihkan dari upah marbut saat jatuh sakit.
“Saya tuh enggak dapat BPJS, enggak ada. (Asuransi kesehatan juga) enggak. (Kalau sakit) ya dari uang lebih saja,” ucap Tamin kepada Kompas.com di Masjid Al Jabr, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Senin (18/3/2024).
Baca juga: Soal Gaji Marbut Masjid, Tamin: Alhamdulillah, yang Penting Bersyukur
“Jadi, dikit-dikit saya simpan. Bukan simpan di bank, enggak. Ya sakit kan enggak ada yang mau. Tapi nanti kalau sakit, pusing. Ya kita palingan periksa, ke klinik, pakai uang sendiri,” lanjut dia.
Tamin juga tidak mendapatkan Kartu Lansia. Penyebabnya, anaknya mempunyai kendaraan roda empat atas nama Tamin.
Menurut dia, ini hanya kekeliruan dari pihak Kelurahan Pondok Labu yang tidak mengecek langsung.
“Di sini ada yang dapat (BPJS), ada yang enggak. Kan lihat dari keadaan juga. Saya kemarin saja itu, batal dapat Kartu Lansia. Karena kelihatan, mobil anak saya itu suratnya atas nama saya. Yang punya mobil itu anak saya, tapi atas nama saya. Ya batal,” kata dia.
“Iya (tahun ini) gagal dapat Kartu Lansia. Padahal kan itu anak yang bayar. Anak cuma pinjam nama doang. Karena mau balik nama ke Bogor jauh. ‘Ya sudah nama Baba saja’, gitu. Jadi di Jakarta saja,” ungkap Tamin.
Dalam kehidupan sehari-hari, Tamin mempunyai empat orang anak, yakni dua laki-laki dan dua perempuan.
Baca juga: Cerita Tobat Tamin, Dulunya Pemain Gaple, Kini Marbut Masjid Al-Jabr
Hanya saja, buah hatinya hanya tersisa dua karena dua anak perempuannya telah menghadap Sang Pencipta. Bukan hanya itu, dia juga telah kehilangan istrinya untuk selamanya.
Dari anak-anaknya ini, Tamin sudah mempunyai delapan cucu.
“Anak saya yang paling tua itu laki-laki, usianya 40-an. Sekarang saya punya delapan cucu. Pengeluaran untuk anak sudah enggak ada, karena sudah pada berkeluarga. Paling (pengeluaran) kasih jajan cucu,” tutur Tamin.
Tamin juga enggan mengungkapkan upah yang dia terima per bulan sebagai marbut. Namun, sesekali ada beberapa jemaah yang berbaik hati memberikan rezekinya.
“Dari marbut, ya Alhamdulillah. Jangan disebutkan, tapi ya Alhamdulillah. Yang paling utama adalah bersyukur. Mau berapa pun kita punya duit, tapi kalau kita enggak bersyukur, ya enggak pernah cukup,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.