JAKARTA, KOMPAS.com - Perantau bernama Sadikun (56) berpesan kepada orang-orang yang hendak merantau ke Jakarta untuk mengurungkan niat jika tak punya keahlian.
Menurut dia, keahlian itu akan menjadi modal perantau untuk bertahan di kerasnya Jakarta.
“Enggak usahlah ke Jakarta. Di Jakarta kalau enggak punya keahlian, pendidikan rendah, mending di kampung, usaha, dan enak bisa kumpul sama keluarga,” kata Sadikun kepada Kompas.com, Kamis (21/3/2024).
Baca juga: Kisah Sadikun, Perantau Asal Blora yang Kini Jadi Marbut Masjid Raya Palapa Baitus Salam
Pesan Sadikin ini disampaikan berdasarkan pengalamannya yang sejak 1987 mengadu nasib lalu menetap sebagai warga Depok, Jawa Barat.
Sangat disayangkan jika orang tersebut hanya bermodal nekat untuk merantau di ibu kota.
“Iya (berdasarkan pengalaman). Di Jakarta kalau enggak ada saudara, mau ngapain? Mau minta bantuan sama siapa? Apalagi kalau lagi sakit,” ujar Sadikun.
Untuk diketahui, Sadikun merantau dari Blora, Jawa Tengah untuk mengadu nasib di Jakarta pada 1987.
Setelah lima tahun melanglang buana mencoba berbagai macam pekerjaan, Sadikun akhirnya berlabuh di Masjid Raya Palapa Baitus Salam dan bekerja sebagai marbut.
Sadikun mengikuti jejak ayahnya yang sudah lebih dulu menjadi marbut di masjid tersebut.
Baca juga: Gejolak Perantau Asal Bukittinggi: 36 Tahun Bertahan Hidup di Tengah Kerasnya Ibu Kota
Sebagai marbut, Sadikun digaji Rp 1,2 juta per bulan. Namun, jika dalam satu bulan tersebut banyak kegiatan, dia bisa menerima lebih dari Rp 2 juta.
Sadikun bersama istri dan dua anaknya kini tinggal di Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.
Kediaman yang sekarang sudah menjadi hak milik itu dia beli dari uang jual tanah warisan, tabungan selama menjadi marbut, dan pinjaman bank.
Anak sulung Sadikun tengah berkuliah di perguruan tinggi di Jakarta. Sedangkan, si bungsu bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) swasta.
Istri Sadikun membuka usaha kecil-kecilan di rumah sambil menjalani tugas sebagai ibu rumah tangga (IRT).
Baca juga: Perantau di Ibu Kota: Daripada Tidak Makan dan Tahan Lapar, Mending Saya Ribut
Kata Sadikun, penghasilannya sebagai marbut tidak akan menutup kebutuhan keluarga sehari-hari jika istrinya tidak membantu mencari nafkah.
Walau begitu, Sadikun tetap bersyukur karena telah diberikan rezeki yang berlimpah oleh Sang Pencipta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.