JAKARTA, KOMPAS.com – Makam Habib Husein Bin Abubakar Al-Aydrus yang berada di Masjid Luar Batang, Jakarta Utara (Jakut) sampai saat ini masih ramai dikunjungi para peziarah.
Berdasarkan sejarahnya, Habib Husein merupakan penyiar Islam yang telah melakukan perjalanan panjang sampai akhirnya dimakamkan di Masjid Luar Batang.
Menurut sekertaris masjid Luar Batang, Masur Amin atau akrab disapa Daeng Mansur, Habib Husein lahir di Hadramaut, Yaman. Semasa kecilnya, Habib Husein memperdalam agama Islam melalui guru yang bernama Habib Abdullah Bin Alwi Al-Hadad.
Habib Abdullah merupakan seorang ulama besar yang menekuni bidang fikih dan aqidah asy’ariyah sampai akhirnya, membuat kitab Ratib Al-Haddad. Namun, setelah cukup lama belajar, sang guru pun meninggal dunia.
Baca juga: Di Balik Nama Masjid Keramat Luar Batang, Ada Kisah Hilangnya Jenazah Habib Husein
Sejak sang guru meninggal dunia, Habib Husein bertekad untuk tetap berdakwah.
“Setelah belajar cukup lama, dan sang guru tadi wafat pada akhirnya beliau memutuskan untuk berdakwah,” tutur Daeng Mansur ketika diwawancarai oleh Kompas.com, Selasa (19/3/2024).
Berdasarkan literatur yang dibaca oleh Daeng Mansur, Habib Husein memutuskan untuk berdakwah sejak berusia 20 tahun.
“Saya pernah baca sebuah literatur, dalam tradisi Arab Kuno itu orang belajar ilmu agama tidak sebentar, karena belajar tentang adab aja bisa 10 tahun paling singkat lima tahun. Misalnya, beliau belajar ke gurunya pada saat lima tahun ditambah 15 tahun (masa belajar) berarti umur beliau pada saat itu sudah usia 20 tahun saat gurunya wafat,” sambungnya.
Saat umur 20 tahun tersebut lah, Habib Husein memantapkan Batavia (Jakarta) sebagai kota tujuan utamanya untuk berdakwah.
Berdasarkan catatan sejarah dari mulut ke mulut dan beberapa literatur yang dibaca, Daeng Mansur mengungkapkan, perjalanan dakwah Habib Husein ke Batavia tidak semudah yang dibayangkan karena harus melalui Jalur Sutera.
Jalur Sutera adalah jalur pedagangan internasional kuno dari peradaban China yang menghubungkan wilayah barat dan timur yang berujung di India.
“Tapi kan pada zaman itu, untuk menuju Batavia enggak kayak sekarang bisa naik pesawat terbang. Tapi, waktu itu beliau harus melalui Jalur Sutera, di mana ujungnya itu di India dan mampir dulu di Guzarat, tepatnya di kota Surati,” jelasnya.
Setibanya Habib Husein di India, ternyata saat itu kota Surati tengah dilanda bencana kekeringan yang berkepanjangan, sehingga membuat pertanian mengalami keterpurukan.
Selain itu, banyak warga di kota Surati terinfeksi penyakit menular yang begitu menyiksa.
Melihat kondisi tersebut, membuat Habib Husein tak tinggal diam, ia memiliki inisiasi untuk menggali sumur di kota Surati.