JAKARTA, KOMPAS.com - Satreskrim Polres Metro Jakarta Utara sudah memeriksa sekitar 36 saksi kasus tewasnya Putu Satria Ananta Rustika (19) taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) yang dianiaya seniornya, Jumat (3/5/2024).
"Sekarang 36 saksi. 36 saksi itu kan dilakukan pendalaman lagi, kemarin dipanggil lagi, diperiksa lagi, didalami lagi, ada sinkronisasi," kata Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Jakarta Utara, Kombes (Pol) Gidion Arif Setyawan saat ditemui pada Selasa (7/5/2024).
Puluhan saksi itu terdiri dari para taruna, keluarga korban, dan pihak kampus.
"Dari kampus sudah dimintai keterangan berkaitan dengan kehidupan di kampus," ujar Gidion.
Baca juga: Penyidikan Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Belum Final...
Dari keterangan para saksi, pihak kepolisian akan melakukan sinkronisasi dengan rekaman CCTV yang ada untuk mengetahui peristiwa nahas yang menimpa Putu secara runut.
Selain itu, pihak kepolisian juga sudah melakukan pra-rekonstruksi kejadian ini pada Senin (6/5/2024) lalu.
Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi, pada proses pra-rekonstruksi ini pelaku utama Tegar Rafi Sanjaya (21) turut dihadirkan.
Selain itu, ada sekitar 12 hingga 13 saksi yang merupakan para taruna STIP yang ikut melakukan proses pra-rekonstruksi.
"Pra rekonatruksi itu bagian metode kita untuk memastikan rangkaian peristiwa yg terjadi dan kemudian nanti kita endingnya harus menentukan siapa yg bertanggung jawab secara hukum dalam konteks peristiwa ini," kata Gidion.
Sampai saat ini, pihak kepolisian belum menyampaikan secara detail terkait hasil dari pra-rekonstruksi yang dilakukan.
Gidion meminta agar publik dan awak media bersabar menunggu hasil penyidikan dari Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara.
"Kami juga minta asistensi dari pimpinan di atas dari Polda ya," ujar Gidion.
Baca juga: Ngerinya Kekerasan Berlatar Arogansi Senioritas di STIP, Tradisi yang Tak Benar-benar Hilang
Seperti yang diberitakan sebelumnya, Putu tewas usai mendapat tindak kekerasan dari seniornya.
Tegar mekukul Putu sebanyak lima kali di bagian ulu hati hingga akhirnya lemas dan terkapar.
Saat Putu terkapar, Tegar panik dan berusaha melakukan pertolongan dengan cara menarik lidahnya.
Namun, pertolongan yang dilakukan Tegar justru berdampak fatal. Jalur pernapasan Putu menjadi tertutup hingga akhirnya tewas.
Saat dibawa ke klinik kampus, nadi Putu sudah tidak lagi berdetak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.