DEPOK, KOMPAS.com - Dua bulan sudah Iyan (39), warga Kelurahan Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat, mengungsi di rumah mertuanya di Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor.
Iyan dan sang istri terpaksa pindah sementara lantaran kediamannya terimbas banjir Bulak Barat-Pasir Putih, Cipayung.
"Saya mulai pindah ke rumah mertua dari pas banjir terparah itu bulan puasa, 24 Maret 2024 kalau enggak salah," kata Iyan saat ditemui Kompas.com, Rabu (8/5/2024).
Iyan bercerita, dirinya mengungsi setelah ketinggian air menyentuh 2,2 meter.
"Banjir masuk ke dalam rumah menyentuh ke atap. Intinya, banjir menenggelamkan rumah saya," tutur Iyan.
Iyan mengaku tak sanggup lagi membersihkan rumahnya karena banjir terjadi berulang kali. Baru saja membersihkan rumah, esok harinya, banjir kembali melanda rumah Iyan.
"Puncak banjirnya kan di tanggal 24 Maret itu, saya dan istri bersih-bersih tuh. Ternyata besoknya banjir lagi 1,5 meter dan semua barang-barang di rumah kena lagi imbasnya," ucapnya.
"Barang habis semua. Lumayan itu elektronik terendam karena enggak sempat diselamatkan. Kulkas, mesin cuci, rice cooker, kipas angin, setrikaan hancur, bahkan kasur juga sudah enggak bisa saya pakai," ujar Iyan.
Iyan pun mengaku tak tahu sampai kapan dirinya, sang istri, dan tiga anak mereka harus mengungsi di rumah mertua.
"Saya maunya kembali bertahan ke rumah itu. Tapi dengan kondisi air enggak pernah surut, terus dapat kiriman air meskipun Bulak Barat enggak hujan, jadi ya terpaksa banget saya harus pindah, tapi belom tau mau ke mana," lanjut Iyan.
Ia menambahkan, selama sembilan tahun menetap di rumah pribadinya, banjir terjadi sedikitnya 25 kali.
"Yang saya hitung dari tahun 2020 sampai sekarang 2024, sudah lebih dari 25 kali. Perkiraan saya, banjir mulai terjadi semenjak rampungnya jembatan baru diperbaiki pada 2020 akhir," jelas Iyan.
Sebagai informasi, sudah empat bulan permukiman RT 04 RW 08 Kelurahan Cipayung, Depok, Jawa Barat, terendam banjir akibat luapan Kali Pesanggrahan. Setidaknya ada dua rumah dan satu pabrik yang terendam air dan tak kunjung surut hingga saat ini.
Ketua RT 04 Naserih (46) menduga, banjir dikarenakan tumpukan sampah yang tidak pernah dibersihkan.
"Intinya bukan yang lain-lain tapi enggak ada pengerjaan di ujung jalan sana terkait sampah itu. Seandainya sampah ada pengerjaan, ya dalam artian diperluas jalur airnya," ungkap Naserih saat ditemui Kompas.com, Senin (29/4/2024).
Sampah dari TPA Cipayung kian menumpuk terutama di area dekat jembatan akses penghubung Cipayung dan Sawangan.
"Jadi sampah itu istilah sunda-nya turun 'ngagalosor', karena kalau sampah kan enggak punya pegangan ke bawahnya, kebanyakan plastik kan. Kalau tanah mungkin bisa memadat ke bawah, kalau sampah ya ikutin arus terus," jelas Naserih.
Baca juga: BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.