Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Jam Belajar Siswa Ada di Perda, tapi Tak Pernah Dijalankan

Kompas.com - 24/09/2013, 13:30 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ternyata, peraturan jam belajar siswa sudah ada di dalam perda sehingga pemberlakukan jam wajib belajar bagi pelajar di Jakarta hanya tinggal pelaksanaannya saja.

Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, aturan yang ada selama ini tidak pernah dijalankan. Sama seperti dengan Perda PKL.

"Sudah ada perdanya bahwa jam 19.00 sampai 21.00 itu harus mematikan televisi dan belajar. Cuma, selama ini perda itu enggak pernah dilaksanakan, samalah kayak Perda PKL (pedagang kaki lima)," kata Basuki di Balaikota Jakarta, Selasa (24/9/2013).

Perda wajib belajar itu adalah Perda Nomor 8 Tahun 2006 Pasal 7 Ayat 3 tentang Sistem Pendidikan. Di dalam perda itu, orangtua berkewajiban untuk mendidik anaknya sesuai kemampuan dan minatnya serta menetapkan waktu belajar setiap hari di rumah bagi anaknya dari pukul 19.00 sampai dengan 21.00.

Menurut Basuki, Perda wajib belajar itu akan diuji coba di satu wilayah DKI Jakarta terlebih dulu, yaitu Jakarta Utara. Wilayah itu akan menjadi percontohan penerapan jam belajar di wilayah lainnya. "Ya, jalani saja dulu, lihat nanti bagaimana reaksinya," kata Basuki.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan akan melakukan uji coba penerapannya pada 10 RT di DKI Jakarta. Pengawasan akan diserahkan kepada perangkat pemerintahan seperti lurah, camat, aparat Satuan Polisi Pamong Praja, RT, dan RW.

Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto mengungkapkan, Dinas Pendidikan DKI tengah melakukan koordinasi dengan ketua RT dan perangkat lain terkait. Hal itu dilakukan agar penerapan wajib jam belajar tersebut berjalan dengan baik.

"Teknisnya, pukul 19.00 hingga 21.00, anak-anak belajar. Masyarakat dan perangkat tadi mendampingi prosesnya," ujar Taufik.

Jika tak ada halangan, maka Taufik memastikan akan memulai program tersebut pada Oktober 2013. Ia berharap, program tersebut dapat diterima dan berjalan baik di masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com