Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepedulian Warga Diperlukan untuk Kebersihan Waduk Bujana Tirta

Kompas.com - 05/11/2013, 15:20 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Bukan perkara mudah membersihkan Waduk Bujana Tirta di Blok E Kompleks Bea dan Cukai, Kelurahan Pisangan Timur, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Kurangnya alat dan kendaraan pengangkut sampah serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah pada saluran waduk menjadi salah satu penyebabnya.

"Permasalahan kita, mobil terbatas. Kita juga tidak punya alat yang memadai. Kalau ada, mungkin tidak sesulit ini," kata Kepala Seksi Kebersihan Kecamatan Pulogadung Johri saat ditemui Kompas.com di waduk tersebut, Selasa (5/11/2013).

Johri mengatakan, saat ini hanya 3 truk yang beroperasi melakukan pembersihan di kawasan tersebut. Tiap truk hanya memiliki kapasitas 8 kubik untuk mengangkut sampah. Diperlukan sekitar 15 truk untuk mengangkut sebanyak kurang lebih 120 kubik sampah yang mengapung di permukaan waduk tersebut.

Kompas.com/Robertus Belarminus Kondisi Waduk Bujana Tirta di Pisangan Timur, Pulogadung, Jakarta Timur dipenuhi sampah. Selasa (5/11/2013).

Selain itu, akses truk menuju lokasi waduk juga tidak memungkinkan. Truk mesti masuk melalui Kompleks Bea dan Cukai di sebelah permukiman warga agar dapat memuat sampah tersebut. Belum lagi kekhawatiran terhadap komplain warga sekitar kompleks yang tak mau ada air kotor dari sampah yang diangkat menceceri jalanan depan permukiman mereka.

Untuk mengatasinya, Johri meminta para pekerja meniriskan air terlebih dulu di sebuah lokasi pembuangan sementara (LPS) sampah di lapangan dekat waduk atau di tanah dekat pintu air waduk tersebut. "Warga komplain, air jangan sampai turun di jalan. Jadi kita simpan dulu di LPS biar airnya tiris. Di sana baru diangkat ke truk," ujar Johri.

Untuk menempatkan pekerja di tengah waduk, keselamatan para pekerja juga diutamakan. Waduk memiliki kedalaman sekitar 4 meter dan endapan lumpur yang cukup dalam. Pembersihan sampah di atas permukaan air, kata Johri, merupakan pekerjaan "baru" bagi Suku Dinas Kebersihan. Sebelumnya, penanganan waduk menjadi tanggung jawab Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air. "Sekarang jadi tugas (Sudin) Kebersihan dan belum punya pengalaman di kali," ujar Johri.

Johri memperkirakan, jika waduk dibersihkan secara rutin setiap hari, maka kurang dari 1 satu pekan sampah di waduk itu dapat terangkut. Dia berharap, warga di sekitar saluran air penghubung (PHB) ke waduk itu tidak membuang sampah pada saluran air yang mengaliri waduk.

"Kita akan berusaha keras. Tapi masyarakat harus peduli, jangan buang sampah ke kali," ujar Johri.

Waduk Bujana merupakan salah satu dari 12 waduk yang akan dinormalisasi sebelum tiba musim hujan pada akhir tahun ini. Normalisasi dilakukan untuk mengembalikan fungsi waduk sebagai wadah tempat penampungan air.

Kondisi Waduk Bujana Tirta saat ini jauh dari kondisi layak sebagai tempat penampungan air. Banyak sampah rumah tangga yang mengalir masuk di waduk tersebut dan mengotori hampir seluruh permukaannya. Sampah plastik, botol minuman air mineral, styrofoam, dan jenis lain menutupi permukaan waduk. Bau tak sedap menusuk hidung di sekitar waduk seluas sekitar 1,60 hektar tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com