Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi BUMD, Tarif Transjakarta Dikhawatirkan Naik

Kompas.com - 08/01/2014, 09:06 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Berubahnya status unit pengelola (UP) menjadi badan usaha milik daerah (BUMD) atau PT Transjakarta menimbulkan kekhawatiran banyak pihak akan naiknya tarif angkutan umum massal tersebut.

Anggota Komisi C (bidang Anggaran dan Aset) DPRD DKI Jakarta S Andyka mengatakan, bila BLU Transjakarta telah berubah menjadi BUMD, transjakarta tidak dapat lagi menerima subsidi dari pemerintah.   

"Di dalam perda pembentukan BUMD PT Transjakarta tidak sebutkan bahwa perusahaan itu menerima subsidi, hanya menerima penyertaan modal dan saham dari pemerintah," kata Andyka, di Gedung DPRD DKI Jakarta, Selasa (7/1/2014).

Penyertaan modal itu, lanjutnya, merupakan investasi permanen dalam bentuk tunai dan aset. Apabila telah menjadi BUMD, perusahaan tersebut dituntut untuk menjalankan bisnisnya secara mandiri tanpa bantuan pemerintah. Karena itu, manajemen transjakarta juga harus baik dan profesional sehingga tidak berdampak negatif pada ribuan bus yang didatangkan Pemprov DKI Jakarta.  

Di sisi lain, politisi Partai Gerindra itu melihat pengelolaan PT KRL Commuter Line Jabodetabek (KCJ) yang mengoperasikan KRL Jabodetabek merupakan badan usaha milik negara (BUMN). Perusahaan itu mampu memberi subsidi untuk para penumpang yang didapat dari anggaran public service obligation (PSO), dan telah diterbitkan melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 53 Tahun 2012.

Peraturan itu mengatur tentang kewajiban pelayanan publik dan subsidi angkutan perintis bidang perkeretaapian, biaya penggunaan prasarana perkeretapian milik negera, serta perawatan dan pengoperasian prasarana perkeretaapian milik negara.  

Sementara pembentukan PT Transjakarta baru memiliki landasan hukum tentang BUMD saja. Di dalam perda itu baru disebutkan nilai modal usaha perusahaan, modal dasar yang disetorkan, dan nilai aset yang diserahkan Pemprov DKI Jakarta ke perusahaan.

"Pemprov DKI Jakarta belum memiliki dasar hukum untuk pemberian PSO untuk transjakarta," ujarnya.  

Saat ini, tarif bus transjakarta termasuk subsidi adalah Rp 3.500. Pada 2013, Pemprov DKI mengalokasikan anggaran Rp 886 miliar sebagai subsidi tarif transjakarta, dengan perkiraan jumlah penumpang rata-rata Rp 300.000 per hari. Ke depannya, dana subsidi tarif penumpang dikelola PT Transjakarta.  

Kepala Badan Pengelolaan Modal dan Promosi (BPMP) DKI Jakarta Catur Laswanto mengatakan, DKI sedang fokus mempersiapkan pendaftaran PT Transjakarta ke notaris, perancangan anggaran dasar perusahaan, dan mencari figur profesional untuk ditempatkan di jajaran direksi dan komisaris PT Transjakarta. Sementara pemberian subsidi, lanjut Catur, merupakan hal teknis yang akan dibahas lebih lanjut oleh tim khusus. "Tidak masalah itu, bisa dibahas nanti," kata Catur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com