Seorang warga RW 01, Suparlan (48), mengungkapkan, setiap banjir, halte transjakarta selalu menjadi pilihan mengungsi. Akan tetapi, kata dia, dulu mengungsi hanya lima tahun sekali. Kini, setiap tahun dilakoni.
"Kalau dulu, ya paling enggak mengungsi ke sini (halte) tiap lima tahun sekali, sekarang kok tiap setahun sekali ya. Tahun lalu mengungsi, tahun ini (mengungsi) lagi," kata Suparlan, saat ditemui di Halte Transjakarta Jembatan Baru, Jakarta, Rabu (5/2/2014).
Kondisi cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini membuat jantungnya berdegup kencang. Harapannya, musim hujan segera berlalu dan ia bisa mendiami rumahnya dengan tenang tanpa ada ancaman banjir.
Selama tiga pekan terakhir, hujan yang mengguyur Ibu Kota tak merata penyebarannya. Cuaca juga tak menentu. Terkadang cerah, tiba-tiba hujan sangat deras. Begitu pula air yang melintasi Kali Mookevart, dekat kediaman Suparlan. Saat hujan deras kembali mengguyur daerah itu, debit air Kali Mookevart meluap hingga merendam rumah-rumah warga. Sebaliknya, ketika hujan berhenti, air langsung surut. Suparlan sekeluarga pun kembali ke rumah mereka untuk membereskan sisa-sisa banjir.
"Kemarin udah sempet bubar balik ke rumah, eh malamnya jam 2 naik lagi airnya. Capek banget bolak-balik angkat barang lagi sampai empat kali kayak begini," kata dia.
Ia pun berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengeruk endapan lumpur Kali Mookevart. Sebab, katanya, sudah lama sampah dan lumpur kali tersebut tidak dikeruk. Menurut Suparlan, kedalaman kali itu seharusnya 5 meter. Saat ini, kedalaman hanya satu meter dan sisanya dipenuhi lumpur dan sampah.
Suparlan telah 24 tahun tinggal di daerah tersebut. Ia pun menyatakan mau direlokasi jika ada normalisasi Kali Mookevart.
"Yah, kita kan cuma warga biasa. Kalau memang sudah disuruh Pak Gubernur, kita ngikut saja," ujarnya.
Berdasarkan info yang dihimpun dari posko relawan Halte Transjakarta Jembatan Baru, ada 229 jiwa atau 64 KK dengan 25 anak-anak yang mengungsi. Sementara di RW 01 Rawa Buaya, sebanyak 12 RT dengan 1.400 jiwa terdampak banjir.
Selain di Halte Transjakarta Jembatan Baru, warga mengungsi ke Pasar Sentra, Pos RW, dan Masjid Baiturrahman. Untuk kegiatan sanitasi, warga terpaksa harus berjalan sekitar 250 meter menuju WC umum. Ada empat titik WC umum di sekeliling posko pengungsian. Sementara, untuk logistik, warga merasa sudah merasa tercukupi oleh segala bantuan yang datang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.