JAKARTA, KOMPAS.com —
Sejumlah pedagang Pasar Blok G Tanah Abang menutup kios dan berjualan di tempat lain. Sebagian menempati jalan-jalan kecil di sekitar pasar. Pedagang Blok G mengaku beberapa bulan terakhir sepi pembeli. Sementara pedagang yang bertahan membuka lapak mencari berbagai cara agar dapat mencukupi kebutuhan hidup.

Kenyataan ini terjadi sepuluh hari menjelang berakhirnya masa bebas sewa pada 28 Februari 2014 bagi pedagang yang direlokasi dari jalan raya. Selasa kemarin, tercatat 236 dari 574 pedagang di Pasar Blok G (yang direlokasi) Tanah Abang menutup kiosnya.

Sepinya aktivitas jual beli terlihat Selasa (18/2/2014) siang. Selama sejam, tak lebih dari sepuluh orang naik ke lantai tersebut. Sejumlah pedagang berteriak-teriak sendiri sambil memukul besi di kios agar tercipta keramaian.

Neneng (50), pemilik Diana Collection, pedagang yang masih bertahan di lantai tiga, sering meninggalkan kios daripada menunggu pelanggan masuk. Sudah lima bulan terakhir pengunjung jarang menjejakkan kaki ke lantai tiga. Namun, ia tetap memajang maneken berbalut daster, kaus, blus, dan beberapa helai kaftan.

”Sebagian barang saya taruh di rumah untuk berjualan di Taman Monumen Nasional (Monas) dan pasar malam,” ujarnya.

Neneng mengungkapkan hasil penjualan di lantai tiga sangat kecil. Hal itu karena pengunjung di lantai paling atas Blok G Pasar Tanah Abang sedikit. Ia pun memutar otak untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Ia mulai survei ke beberapa lokasi untuk berjualan pada malam hari. Ia datang ke pasar malam di Kemandoran, Grogol, Tomang, dan Taman Monas. Di Blok G, ia hanya dapat menjual tiga potong daster per pekan. Satu daster dijual dengan mengambil keuntungan Rp 2.000-Rp 5.000 per potong. Sementara itu, di Taman Monas dan pasar malam ia bisa menjual hingga satu kodi daster dalam semalam. Uangnya akan diputar kembali untuk membeli barang dagangan baru.

Selain berjualan di pasar malam, Neneng juga sering mengobral barang dagangannya. Baju kaftan yang ia beli Rp 250.000 per potong dijual Rp 75.000 ke anak kantau, sebutan bagi pembeli barang obralan yang mau memborong barang milik pedagang.

Adapun di mata pengunjung, sebagian barang dagangan di Blok G dinilai ketinggalan zaman. Menurut Dian (40), barang di Blok G kurang lengkap. Selain itu, sebagian model pakaiannya juga kurang baru. ”Tempatnya nyaman, bersih, dan tidak terlalu berdesak-desakan,” ujar warga Kampung Rambutan itu.

Tagih janji

Sementara bagi pedagang yang bertahan, mereka melakukan penghematan pengeluaran seperti yang dilakukan Junaidi (51), pedagang pakaian anak-anak. ”Untung saya berhenti merokok dan minum kopi sehingga pengeluaran bisa ditekan,” ujar Junaidi.

Para pedagang yang bertahan ini berharap situasi pasar bisa berubah setelah eskalator, tangga besi, dan jembatan penghubung terbangun. Fasilitas tersebut diharapkan dapat mengundang pembeli naik ke lantai tiga. Aktivitas pembangunan fasilitas umum itu sudah dimulai. Proyek pembangunan eskalator masih dalam tahap pengujian ketahanan tanah dan pengeboran. Sementara proyek tangga besi di belakang pasar masih dalam tahap pembangunan fondasi.

Peringatan

Merespons persoalan itu, pengelola pasar memberi tanda merah di lapak yang jarang buka. M Warno, Wakil Kepala Pasar Blok G, mengatakan, ada 63 pedagang yang mendapat surat peringatan terakhir. Jika tidak ada tanggapan, hak berjualannya akan dicabut pada 28 Februari besok.

Sementara Direktur Utama Perusahaan Daerah Pasar Jaya Djangga Lubis mengatakan, semua program perbaikan fasilitas umum di Pasar Blok G sedang berlangsung. Pembangunan tangga berjalan, misalnya, saat ini tengah dalam proses tender. Tahap berikutnya adalah menentukan pemenang lelang. Tidak lama lagi, kata Djangga, pembangunan bisa dimulai.

Pembangunan tempat pedagang makanan dan minuman saat ini juga tengah berjalan. Sementara pembangunan jembatan penyeberangan orang yang menghubungkan Blok G dengan Blok F dalam tahap penyelesaian. ”JPO (jembatan penyeberangan orang) sedang dalam penyelesaian akhir. Memang sempat terkendala di lapangan, tetapi sekarang sudah dilanjutkan lagi,” kata Djangga.

Saat ini, PD Pasar sedang memikirkan bagaimana agar Blok G memiliki daya saing. Jika barang jualan sama dengan pasar lain, pembeli bisa beralih ke pasar lain. (A12/A13/NDY)