Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kronologi Penganiayaan Dimas Mahasiswa STIP

Kompas.com - 28/04/2014, 14:05 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Rudiana menyatakan baru menerima laporan kejadian meninggalnya taruna tingkat I, Dimas Dikita Handoko, pada Sabtu (26/4/2014).

"Saya dapat laporan pada Sabtu jam 04.40 dari perwira yang jaga di kampus," ujar Rudiana di Gedung BPSDM Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (28/4/2014).

Rudiana menuturkan, berdasarkan pengakuan dari taruna tingkat II Adnan Fauzi, Dimas tidak sadarkan diri di tempat kos pada pukul 20.00 WIB. Adnan mencoba memberikan pertolongan pertama, tetapi tidak berhasil. Setelah itu, Adnan membawa Dimas ke Rumah Sakit Pelabuhan Tugu pada pukul 23.00 WIB.

Menurut Rudi, kejadian penganiayaan terhadap Dimas baru diketahui setelah seorang perwira jaga STIP, Supendi, kedatangan seorang warga bernama Yanto pada Sabtu pukul 01.50 WIB. Warga tersebut menyampaikan berita bahwa seorang taruna STIP masuk Rumah Sakit Pelabuhan Tugu, Tanjung Priok.

Mendapat laporan tersebut, Supendi dan seorang instruktur STIP Matrianto bergegas menuju ke rumah sakit untuk mengecek kabar yang baru diterima. Sesampainya di RS Pelabuhan Tugu, Tanjung Priok, pukul 02.25 WIB, mereka bertemu petugas dari Kepolisian Sektor Cilincing, Jakarta Utara, Adnan Fauzi, dan saudara sepupu korban. Saat itu mereka langsung menerima kabar bahwa korban atau Dimas sudah meninggal dunia.

Kemudian, pada pukul 03.40 WIB, korban dibawa ke RS Polri, Kramat Jati, untuk diotopsi karena mereka mencurigai tewasnya Dimas. Tak lama kemudian, Supendi mendapat kabar taruna STIP diamankan pihak kepolisian di Polsek Cilincing, Jakarta Utara.

Supendi menerima kesimpulan dari pengecekan yang dilakukan pihak kepolisian bahwa pelaku penganiayaan berjumlah tujuh orang. Ketujuh tersangka tersebut merupakan taruna tingkat II yang tak lain adalah senior korban. Selain itu, Supendi menerima hasil bahwa kekerasan terhadap yunior itu juga dilakukan terhadap enam taruna tingkat I lainnya.

Sebelumnya diberitakan, Dimas diduga tewas akibat dianiaya oleh para seniornya pada Jumat (25/4/2014) malam. Motif penganiayaan diduga karena Dimas dianggap tidak respek terhadap para seniornya. Ketujuh taruna STIP yang diduga tersangka saat ini sudah dinonaktifkan dari status taruna STIP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com