Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seto Mulyadi Cari Motivasi SY Aniaya Renggo

Kompas.com - 08/05/2014, 09:34 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerhati anak Seto Mulyadi merencanakan bertemu dengan siswa SD 09 Pagi Makasar, SY (13), yang mengaku menganiaya adik kelasnya, Renggo Khadafi (11). Pria yang akrab disapa Kak Seto ini berencana berkomunikasi untuk menggali latar belakang keluarga dan terduga pelaku.

"Jumat siang saya akan menemui SY, untuk menggali latar belakang pelaku dan terduga pelaku," kata Seto, seusai bertemu dengan Kepala Polres Metro Jakarta Timur, di kantor Kapolres, Rabu (7/5/2014) sore.

Seto menyatakan, untuk mengungkap kejadian ini, latar belakang anak perlu didalami. Misalnya, apa yang memotivasi SY melakukan perbuatan kekerasan terhadap adik kelasnya.

"Kita akan ikut mendalami latar belakang psikologis, mengapa kejadian ini sampai terjadi," ujarnya.

Seto menilai, bila memang SY terbukti bersalah dalam kasus ini, maka upaya seperti menghukum atau memenjarakan murid SD yang masih di bawah umur itu bukan merupakan solusi. Ia memandang, langkah edukatif dan rehabilitasi untuk mengubah perilaku SY bisa lebih tepat.

"Kalau memang itu yang terbaik dan bisa mengubah perilaku anak. Jadi bukan sekadar menghukum atau memenjarakan dan sebagainya," kata dia.

Selain itu, dia mendorong langkah penyelesaian kasus ini melalui mediasi atau diversi sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak. Seto tidak menampik bahwa kemungkinan keluarga Renggo tidak menerima langkah tersebut.

"Makanya perlu ada mediasi dengan keluarga korban. Jadi bukan hanya mementingkan pelaku, tapi keluarga korban juga perlu perhatian serius. Kami menyadari itu sangat melukai keluarga korban," katanya.

Kasus semacam ini, lanjutnya, perlu diharapkan adanya kerja sama berbagai pihak. SY juga perlu didampingi psikolog. "Artinya kita harus melihat ini (SY) adalah anak," ujar Kak Seto.

Ini sebab, apa yang diadopsi anak mengenai kekerasan, lanjutnya, bisa dari beragam faktor. Misalnya, melalui media televisi dan internet. Lingkungan di sekitar anak baik sekolah, keluarga, dan rumah juga bisa merupakan salah satu faktor tersebut.

Otopsi untuk menentukan kasus kematian Renggo terjadi beberapa hari dalam pekan yang sama ketika bocah kelas V SD tersebut dipukuli kakak kelasnya, SY. Kepada polisi, SY sudah mengakui pemukulan itu. Namun, polisi merasa perlu memastikan apakah hal itu yang menjadi penyebab kematian Renggo.

"Otopsi sementara belum keluar hasilnya," kata Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Mulyadi Kaharni.

Mulyadi menyatakan, 10 orang siswa sekolah tersebut tengah diperiksa oleh penyidik. Hasil pemeriksaan ini juga untuk mengetahui apakah Renggo dianiaya sendiri atau tidak.

"Setelah kita periksa saksi nanti baru kita simpulkan," jelas Mulyadi.

Pemeriksaan, menurutnya, akan tetap memperhatikan psikologis dan tidak mengganggu pendidikan para saksi, termasuk SY. Proses hukum menurutnya akan tetap berjalan untuk mengungkap perkara kasus ini.

"Kita harus membuktikan (apakah) perbuatan terlapor menimbulkan korban," jelas Mulyadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Megapolitan
Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada 'Study Tour' ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

Megapolitan
Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Sebelum Ditemukan Tak Bernyawa di Kali Sodong, Efendy Pamit Beli Bensin ke Keluarga

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Pemprov DKI Diminta Prioritaskan Warga Jakarta dalam Rekrutmen PJLP dan Tenaga Ahli

Megapolitan
Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Polisi Kesulitan Identifikasi Pelat Motor Begal Casis Bintara di Jakbar

Megapolitan
Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Parkir Sembarangan Depan Toko, Sebuah Mobil Dilakban Warga di Koja

Megapolitan
Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Terminal Bogor Tidak Berfungsi Lagi, Lahannya Jadi Lapak Pedagang Sayur

Megapolitan
Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Duga Ada Tindak Pidana, Kuasa Hukum Keluarga Mayat di Kali Sodong Datangi Kantor Polisi

Megapolitan
Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar 'Video Call' Bareng Aipda Ambarita

Dijenguk Polisi, Casis Bintara yang Dibegal di Jakbar "Video Call" Bareng Aipda Ambarita

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com