Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Permainan Tradisional di PRJ Monas

Kompas.com - 12/06/2014, 09:11 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Beragam kebudayaan Indonesia yang disuguhkan dalam permainan tradisional tak pernah disentuh oleh anak-anak Indonesia saat ini. Permainan dalam wujud digital lebih menjadi minat terbesar bagi anak-anak.

Inilah yang membuat komunitas Kampoeng Dolanan Nusantara ikut menyemarakkan Pekan Rakyat Jakarta (PRJ) di Monumen Nasional (Monas). Bermacam alat permainan tradisional dapat ditemui pengunjung di stand dengan dominasi warna merah tersebut.

"Kami hadir di sini (PRJ Monas) dengan tujuan ingin mengingatkan adik-adik akan nilai budaya Indonesia," ujar Gilang Hiwang Alit, juru bicara Komunitas Kampoeng Dolanan Nusantara kepada Kompas.com, Rabu (11/6/2014) malam.

Gilang menuturkan, banyak hal dapat menjadi nilai budaya, namun ini acap kali dikesampingkan masyarakat Indonesia. Kampoeng Dolanan Nusantara sebagai komunitas yang berdiri sejak tahun 2005, ingin mengajak anak-anak untuk memilih hak bermain mereka dengan memperlihatkan permainan tradisional.

Kita, kata Gilang, tidak mengajak anak-anak tapi memberi pilihan di antara banyaknya permainan seperti internet, playstation, dan iPad.

Komunitas ini menunjukkan pilihan permainan yang menjadi daya tarik bagi anak-anak, contohnya egrang dan gasing. Dalam komunitas ini, selain sebagai tempat bertukar pikiran dan perkumpulan para pecinta mainan tradisional, siapa saja bisa mendapatkan ilmu permainan tradisional mulai dari sejarah mainan sampai cara pembuatannya.

Seluruh mainan yang dipajang dalam stand adalah hasil kerajinan tangan dari para anggota komunitas tersebut. Dalam membuat permainan, komunitas ini pun sebisa mungkin menghindari pemakaian plastik. Ini menjadi penerapan sejak awal adanya komunitas dengan mengkhususkan permainan memakai bambu atau kayu.

"Karena kita perjuangkan tradisional. Kita perjuangkan nilai hidup nenek moyang. Jangan salah, banyak filosofi yang bisa diambil dari permainan tradisional," kata Gilang.

Salah satu filosofi yang bisa dipetik, tutur Gilang, dari permainan gasing. Gasing dapat berputar tak kenal waktu bisa satu sampai dua jam dengan mempertahankan keseimbangan. Ini menjadi kesamaan seperti hidup manusia yang terus berputar dan mencari keseimbangan hidup.

Gasing pun memiliki strata lebih tinggi dibandingkan permainan lain karena dianggap perbedaan permainannya lebih bernilai tinggi. Gasing memiliki ragam jenis Nusantara mulai dari Sabang-Merauke. Ada jenis Lamongan, Jepara, Subang, Lombok, bahkan sampai Asia.

Gilang mengatakan, ada hambatan dari orangtua terhadap anak-anaknya akan permainan tradisional. "Kebanyakan orangtua kasihctahu anaknya saat bermain gasing dengan mengatakan 'hati-hati ada paku', atau saat main egrang 'hati-hati jatuh'. Itu jadi hambatan anak-anak untuk mendengarkan orang tua mereka dan pada akhirnya tidak jadi memainkan alat tradisional ini," ungkapnya.

Dalam acara PRJ Monas ini, stand yang dibuka untuk umum ini lebih banyak menampilkan koleksi pribadi. Sedangkan untuk yang dijual hanya congklak dan gasing. Congklak dijual dengan harga Rp 80.000-90.000 dengan perbedaan adanya 5 atau 7 lubang di dalamnya. Untuk gasing dibandrol rata dengan harga Rp 30.000, baik berukuran kecil maupujn ukuran besar.

Komunitas ini telah tersebar di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota lebih dari 100 orang. Para anggota komunitas pun sering berkumpul di Ragunan atau Gedung Orange, Taman Mini Indonesia Indah samping Teater Tanah Airku.

Dalam permainan tradisional, Gilang mengatakan terbagi menjadi tiga, yaitu benda, nonbenda, dan tembang atau lagu. Berdasarkan hasil survei yang diketahui Gilang, tahun 1972 terdaftar lebih dari 1.300 jenis permainan Indonesia, tapi di tahun 1993 hanya terdaftar sekitar 900 jenis permainan.

Menurut dia, semakin berkembang semakin hilang pula permainan tradisional Indonesia. Padahal, bentuk tradisional dalam tembang atau lagu sering dilakukan dalam aktivitas sehari-hari.

Gilang menyatakan, setiap bekerja orang dapat bersenandung, yang disayangkan adalah senandung ini bukan menaikkan nilai tradisionalnya, tapi untuk lagu modern lain. Gilang pun berharap permainan tradisional dapat menjadi cikal bakal bangsa untuk mempertahankan nilai budaya tradisional.

"Pemerintah pikirin permainan tradisional. Pemerintah bis konsen untuk budayakan ini. Jangan sampai kepunyaan bangsa diakui milik negara lain lagi, kayak sebelumnya Malaysia," kata Gilang.

Bagi siapa pun yang ingin bergabung di Kampoeng Dolanan Nusantara, kata Gilang, dapat melalui website www.kampoengdolanannusantara.com atau social media lain "Kampoeng Dolanan Nusantara". Atau dapat pula langsung mendatangi Jalan Perumahan Taman Serua Blok A2 No. 3, Bojong Sari, Depok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

Megapolitan
Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Rute Transjakarta 10M Pulo Gadung - Walikota Jakarta Utara via Cakung

Megapolitan
Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Lokasi dan Jadwal Pencetakan KTP dan KK di Tangerang Selatan

Megapolitan
Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Kecelakaan di UI, Saksi Sebut Mobil HRV Berkecepatan Tinggi Tabrak Bus Kuning

Megapolitan
Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Polisi Periksa 10 Saksi Kasus Tewasnya Siswa STIP yang Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Diduga Ngebut, Mobil Tabrak Bikun UI di Hutan Kota

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Tinggalkan Mayat Korban di Kamar Hotel

Megapolitan
Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Siswa STIP Dianiaya Senior di Sekolah, Diduga Sudah Tewas Saat Dibawa ke Klinik

Megapolitan
Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Terdapat Luka Lebam di Sekitar Ulu Hati Mahasiswa STIP yang Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Dokter Belum Visum Jenazah Mahasiswa STIP yang Tewas akibat Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Polisi Pastikan RTH Tubagus Angke Sudah Bersih dari Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Mahasiswa STIP Tewas Diduga akibat Dianiaya Senior

Megapolitan
Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Berbeda Nasib dengan Chandrika Chika, Rio Reifan Tak Akan Dapat Rehabilitasi Narkoba

Megapolitan
Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Lansia Korban Hipnotis di Bogor, Emas 1,5 Gram dan Uang Tunai Jutaan Rupiah Raib

Megapolitan
Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Polisi Sebut Keributan Suporter di Stasiun Manggarai Libatkan Jakmania dan Viking

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com