Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Angkot Mengetem, Ini Penjelasan Dishub DKI

Kompas.com - 03/09/2014, 13:26 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Angkutan umum di Jakarta kerap melakukan pelanggaran lalu lintas, mulai dari mengetem sampai menerobos lampu merah. Petugas di lokasi mengaku sudah memberi tilang dan mencatatnya di Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

"Bulan Agustus, ribuan angkutan umum ditilang dengan berbagai pelanggaran termasuk mereka yang mengetem," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta M Akbar kepada Kompas.com, Rabu (3/9/2014).

Mengenai banyaknya angkutan umum yang mengetem, Akbar mengaku selalu memberi tilang kepada para sopir. Namun, belum ada efek jera dari tilang yang diberikan tersebut. Akbar mengatakan, instansinya tengah memikirkan solusi di balik banyaknya sopir angkutan umum yang mengetem.

Rupanya, kata Akbar, sistem bisnis yang dijalankan pemilik angkutan umum menjadi penyebab sopir menghentikan kendaraan di sembarang tempat. "Nyatanya seperti itu. Mereka menerapkan model setoran yang diwajibkan dengan sejumlah pendapatan setiap hari," ujar Akbar.

Menurut Akbar, target setoran itu yang mendorong sopir untuk mencari penumpang. Sistem seperti itu memaksa sopir mengurangi biaya operasional mobil. Sebab, jika mobil dalam keadaan jalan, otomatis, berkeliling mencari penumpang akan menghabiskan bensin.

"Kalau mengetem, tidak ada bensin yang terbuang," ucap Akbar.

Ubah model bisnis

Rencananya, Dishub DKI akan melakukan pendekatan untuk menerapkan revitalisasi non-busway agar tidak ada lagi angkutan yang mengetem. Untuk menjalankan model bisnis ini, Dishub DKI akan menggandeng PT Transjakarta.

"Konsolidasi perusahaan perorangan dalam satu kelompok unit bisnis. Ini yang sedang kami jalankan," ujar mantan Kepala BLU Transjakarta itu.

Penyelenggaraan akan dipegang oleh Pemprov DKI Jakarta dan bersandar pada standar pelayanan minimum (SPM). Pemprov akan menjadi kontrol terkuat. Jadi, apabila tidak memberi servis sesuai SPM, maka perusahaan itu tidak akan dibayar. 

"Misal, mobil tidak jalan atau AC mati. Nanti bus dipulangkan. Kami jajal jumlah dan kualitas bus," kata Akbar. Selain itu, pendekatan sistem ini juga mengacu pada gaji sopir kelak. Sopir akan mendapat gaji Rp 5 juta dengan total 8 jam kerja per hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Jukir Liar Minimarket Ikhlas “Digusur” Asal Pemerintah Beri Pekerjaan Baru

Megapolitan
Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Warga Bekasi Tewas Tertabrak Kereta di Kemayoran karena Terobos Palang Pelintasan

Megapolitan
Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Manjakan Lansia, Asrama Haji Embarkasi Jakarta-Bekasi Tak Lagi Pakai Tempat Tidur Tingkat

Megapolitan
KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

KAI Commuter: Perjalanan Commuter Line Rangkasbitung-Tanah Abang Picu Pertumbuhan Ekonomi Lokal

Megapolitan
Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Tiga Jenazah ABK Kapal yang Terbakar di Muara Baru Telah Dijemput Keluarga

Megapolitan
Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Gangguan Jiwa Berat, Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Sempat Dirawat di RSJ

Megapolitan
Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Jika Profesinya Dihilangkan, Jukir Liar Minimarket: Rawan Maling Motor dan Copet!

Megapolitan
Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Polisi: Ibu yang Bunuh Anak Kandung di Bekasi Alami Gangguan Kejiwaan Berat

Megapolitan
Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Imbas Tanah Longsor, Warga New Anggrek 2 GDC Depok Khawatir Harga Rumah Anjlok

Megapolitan
Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Kisah Iyan, Korban Banjir Cipayung yang Terpaksa Mengungsi ke Rumah Mertua 2 Bulan Lamanya...

Megapolitan
Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Maling Motor 'Ngadu' ke Ibunya Lewat 'Video Call' Saat Tertangkap Warga: Mak, Tolongin...

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com