Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Lama-lama Pembangunan Waduk Ria Rio Terhenti...

Kompas.com - 13/10/2014, 10:27 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Memasuki masa dua tahun Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai pasangan Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta tentu membuka mata masyarakat atas program kerja mereka. Sebelum kepemimpinan Jakarta resmi digantikan Ahok, bagaimana upaya keduanya dalam memperluas ruang terbuka hijau di Jakarta?

Salah satu perubahan besar yang dicanangkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah penataan bantaran menjadi waduk di kawasan Ria Rio, Kampung Pedongkelan, Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur. Jika dahulu area itu kumuh dengan permukiman warga, kini kondisinya lebih lapang.

Saat Kompas.com singgah di lahan 7 hektar itu, Senin (13/10/2014), Waduk Ria Rio yang sebelumnya gencar ditata kini terhenti pengerjaannya. Tanah yang sempat diklaim oleh ahli waris Adam Malik pun masih lapang.

Di sebagian area yang berada di bagian tengah itu juga masih tampak berderet rumah warga. Pengairan pada kali di sekitarnya pun masih kotor, berwarna hijau.

Bila berada di dekat Selter Transjakarta Pedongkelaan tak terlihat lagi tanah luas. Area depan Jalan Perintis Kemerdekaan itu telah ditemboki oleh PT Pulomas Jaya. Dari area belakang atau Jalan Pulomas Utara, Taman Waduk Ria Rio terlihat sudah ditata asri. Area itu tampak hijau dengan bermacam tanaman.

Layaknya taman pada umumnya, di Taman Waduk Ria Rio sudah dilengkapi dengan tempat sampah dan bangku taman. Pepohonan dan tanaman lain juga sudah menghiasi taman. Sebanyak 9.000 batang pohon yang rencananya akan disebar di area Waduk Ria Rio juga telah dipersiapkan.

Meski kondisi taman sudah lebih baik, masyarakat mengharapkan penataan waduk lebih dipercepat. "Ya, kalau lihat sekarang memang enak. Kalau lebih cepat lebih bagus," ucap warga Pulomas, Dania.

Ia pun mengharapkan penataan ini benar-benar fokus dilakukan. Pasalnya, terhentinya proyek itu beberapa bulan membuatnya sempat ragu.

Ia pun menyatakan, adanya waduk dapat mengangkat citra kawasan Pedongkelan, Pulomas, Ria Rio, dan Jakarta Timur. Dengan begitu, lanjut dia, tak perlu sulit mencari taman dekat tempat tinggalnya tersebut. "Selagi dekat rumah kenapa harus jauh sampai Pluit," ucap dia.

Waduk Ria Rio, ungkap dia, bisa seperti Waduk Pluit yang kini ramai didatangi masyarakat, apalagi pada akhir pekan.

Masyarakat lain, Septi, mengungkapkan, kerja baik Pemprov DKi Jakarta yang menyediakan lahan terbuka hijau di daerah Pedongkelan. Menurut dia, tak heran jika banyak orang menanti proyek itu lekas diselesaikan oleh yang bersangkutan.

"Jelas pasti banyak yang datang. Sekarang saja di taman kalau sore ramai. Kalau waduk selesai, pasti makin ramai," tuturnya.

Tak hanya itu, ia pun mengharapkan air di lokasi pengairan waduk lebih jernih. Menurut dia, selama ini air yang kotor menimbulkan kesan kumuh di sekitar bantaran kali.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta Nandara Sunandar mengatakan, instansinya akan mempercepat pengerjaan Waduk Ria Rio. Hingga kini, belum terselesaikannya soal tanah yang masih dihuni warga menjadi kendala proyek tersebut.

"Masih ada warga dalam proses legal aspek lahan. Harus jelas 'dihukum' dulu tanah itu. Sekarang sedang pembuktian status tanah. Kalau sudah ditertibkan, kita langsung lanjutkan pengerjaan," kata Nandar.

Menurut Nandar, legal hukum yang jelas menjadi kelangsungan proyek. Oleh karena itu,  instansinya terus menunggu kepastian warga ditertibkan dan Pemprov akan tetap semangat untuk menata Waduk Ria Rio itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Pelajar SMK Lingga yang Selamat dari Kecelakaan Tiba di Depok, Disambut Tangis Orangtua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com