Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Ada Kesepakatan Penggusuran di Waduk Pluit

Kompas.com - 16/10/2014, 17:09 WIB
Desy Selviany

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Relokasi warga sisi timur waduk Pluit, tepatnya RT 19/17 blok G masih belum ada titik temu. Sebab warga yang terkena relokasi menginginkan adanya uang kerohiman ketika rumah mereka digusur.

Syahroni, selaku perwakilan RT 19 menuturkan, pada Rabu malam kemarin warga sudah mendiskusikan masalah harus adanya penggantian uang kerohiman untuk warga yang terkena relokasi.

"Tadi malam sudah sempat ada forum membicarakan kesepakatan uang kerohiman dari pemerintah untuk warga yang terkena gusuran di Blok G," kata Syahroni kepada Kompas.com Kamis (16/10/2014).

Dari hasil kesepakatan forum kemarin malam, warga ingin adanya uang kerohiman dari pemerintah sesuai dengan bentuk bangunan mereka masing-masing. "Untuk nominal kami tidak mematokkan, tetapi kalau bisa warga ingin uang tersebut sesuai dengan bentuk bangunan masing-masing warga, seperti jika bangunannya dari tembok kan tidak mungkin diganti dengan uang seadanya," ucap dia.

Syahroni memastikan warga tidak akan menghalangi relokasi. Akan tetapi, ia meminta pemerintah juga bisa mengerti keadaan warga sekitar.

"Yang namanya pindah kan butuh biaya, lagi pula warga di Blok G juga bukan warga yang tidak resmi, keberadaan mereka diakui oleh kelurahan Penjaringan, jika pemerintah dan warga sudah menemui titik kesepakatan kami tidak akan menghalang-halangi penggusuran kok, malah kalau bis kami bongkar sendiri bangunnya," katanya.

Salah satu warga RT 19 /17 juga menuturkan bahwa warga yang terkena relokasi nanti tidak akan menahan program pemerintah jika mereka bisa memberikan ganti rugi yang layak kepada warga.

"Karena program pemerintah kami tidak menahan penggusuran, akan tetapi pemerintah juga harus menghargai warga yang terkena penggusuran, soalnya kan mereka juga punya hak buat dapat uang kerohiman itu, apalagi ketika mereka bangun rumah itukan gak gratis," ujar Andi (35).

Karena belum ada kesepakatan, kata dia, warga yang sudah didata terkena gusuran belum menengok keadaan rusunawa Muara Baru.

"Belumlah, ngapain lihat kan belum ada kesepakatan antara pemerintah dan warga yang terkena relokasi, nanti kalau sudah ada kesepakatan dan sudah dapat kunci baru dicek oleh warga," katanya.

Hasil forum diskusi pada Rabu malam (15/10/2014) sudah diserahkan ke Kelurahan Penjaringan, namun, Syahroni belum mengetahui tanggapan pemerintah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Pendisiplinan Tanpa Kekerasan di STIP Jakarta Utara, Mungkinkah?

Megapolitan
STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

STIP Didorong Ikut Bongkar Kasus Junior Tewas di Tangan Senior

Megapolitan
Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir di Minimarket dan Simalakama Jukir yang Beroperasi

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Kuasa Hukum Berharap Ada Tersangka Baru Usai Pra-rekonstruksi

Megapolitan
Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Cerita Farhan Kena Sabetan Usai Lerai Keributan Mahasiswa Vs Warga di Tangsel

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini, 7 Mei 2024 dan Besok: Nanti Malam Hujan Ringan

Megapolitan
Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Provokator Gunakan Petasan untuk Dorong Warga Tawuran di Pasar Deprok

Megapolitan
Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Tawuran Kerap Pecah di Pasar Deprok, Polisi Sebut Ulah Provokator

Megapolitan
Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Tawuran di Pasar Deprok Pakai Petasan, Warga: Itu Habis Jutaan Rupiah

Megapolitan
Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Sebelum Terperosok dan Tewas di Selokan Matraman, Balita A Hujan-hujanan dengan Kakaknya

Megapolitan
Kemiskinan dan Beban Generasi 'Sandwich' di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Kemiskinan dan Beban Generasi "Sandwich" di Balik Aksi Pria Bayar Makan Seenaknya di Warteg Tanah Abang

Megapolitan
Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon 'Debt Collector'

Cerita Warga Sempat Trauma Naik JakLingko karena Sopir Ugal-ugalan Sambil Ditelepon "Debt Collector"

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

[POPULER JABODETABEK] Seorang Pria Ditangkap Buntut Bayar Makan Warteg Sesukanya | Taruna STIP Tewas di Tangan Senior Pernah Terjadi pada 2014 dan 2017

Megapolitan
Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Libur Nasional, Ganjil Genap Jakarta Tanggal 9-10 Mei 2024 Ditiadakan

Megapolitan
Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Curhat ke Polisi, Warga Klender: Kalau Diserang Petasan, Apakah Kami Diam Saja?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com